Latest News

Monday, 6 May 2019

PIL PAHIT DARI SRILANKA


PIL PAHIT DARI SRILANKA
Oleh Alissa Wahid

Minggu ini kita dikejutkan dengan aksi bom bunuh diri yang masif di berbagai tempat di Sri Lanka. Di tengah misa Paskah di tiga gereja besar, ratusan warga Nasrani Sri Lanka menjadi korban. Nyawa puluhan turis mancanegara hilang di hotel- hotel mewah. Teror bom Sri Lanka menjadi serangan paling masif sejak tragedi 11 September 2001 di Amerika Serikat.
Teror ini terasa lebih menyakitkan karena sebelumnya berbagai peringatan telah diberikan, baik dari intelijen dalam negeri Sri Lanka maupun dari negara-negara lain, seperti India.

Namun, peringatan ini tidak direspons secara komprehensif oleh pemerintahan Maithripala Sirisena. Salah satu sebab kebobolan ini adalah konflik politik elite sehingga muncul tuduhan bahwa data peringatan ini sengaja disembunyikan dari pemerintah. Betapa mahal harga konflik politik itu bagi bangsa Sri Lanka.

Dari 8 pelaku bom bunuh diri, tujuh orang telah teridentifikasi. Dua di antaranya anak-anak dari seorang miliuner Sri Lanka. Muda, kaya, dan berpendidikan tinggi. Bahkan dari keluarga mereka, masih ada anggota keluarga yang lain yang terlibat. Bertentangan dengan asumsi awam bahwa terorisme utamanya disebabkan oleh dendam (ketimpangan) ekonomi.

Ini selaras dengan yang terjadi di Indonesia, baik pada keluarga pelaku bom Surabaya maupun pada beberapa keluarga kelas menengah yang memilih meninggalkan kehidupannya untuk pindah ke negara ISIS.

Istri salah seorang pelaku bom memilih meledakkan diri bersama kedua anak dan satu di kandungannya saat rumah mereka diserbu polisi Sri Lanka. Mengingatkan kita kepada ledakan bunuh diri di Sibolga beberapa waktu lalu. Ini membuktikan meningkatnya keterlibatan aktif perempuan dan keluarga dalam aksi terorisme sebagaimana tampak dalam upaya aksi teror perempuan jihadi di Mako Brimob tahun lalu.

Pelaku lain aksi teror Sri Lanka diidentifikasi sebagai seorang penceramah garis keras yang sering melontarkan agitasi ekstremisme di Youtube. Pelaku kelima ditengarai sebagai otak gerakan, dan dalam video yang dimuat ISIS di kanal AMAQ, tampak dia sedang memimpin beberapa orang lain berbaiat kepada ISIS. Kedua orang ini sering dilaporkan oleh kelompok-kelompok Islam moderat kepada pihak otoritas Sri Lanka karena ceramah-ceramahnya yang penuh kebencian dan ekstremisme agama. Sayangnya, laporan-laporan ini tidak diindahkan dan kedua penceramah tersebut tak juga ditindak, dan menjadi terlambat saat ini.

Di Indonesia, kelompok GP Ansor NU adalah salah satu yang paling depan menyuarakan tentang fenomena penceramah kebencian dan ekstremisme karena pengalaman lapangan di akar rumput menunjukkan narasi-narasi kebencian dibalut agama semakin kencang.

Tahun 2018, sebuah riset dari lembaga Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Nahdlatul Ulama mengungkapkan, dari 100 masjid di lingkungan lembaga terkait negara kita, telah ada puluhan yang mendakwahkan eksklusivisme beragama, bahkan ekstremisme.

Namun, riset ini justru diserang dengan berbagai tuduhan, termasuk tentang kerangka pikir, kriteria radikal, dan tentang metodologi riset. Demikian juga nada miring yang dituduhkan terhadap banyak survei tentang radikalisme, intoleransi, dan khilafah. Setidaknya, bingkai bahwa riset-riset ini mendiskreditkan kelompok umat tertentu, atau memiliki agenda fobia terhadap berkembangnya kelompok tersebut.

Demikianlah kecanggihan narasi yang dimainkan para pendakwah teror berbalut agama ini. Kekuatannya besar dalam mengindoktrinasi pengikut berbagai ideologi ekstremisme atas nama Islam. Beberapa pelaku teror Sri Lanka mengalami perubahan keyakinan tentang jihad dan eksklusivisme agama karena ceramah-ceramah yang didengarnya di perkumpulannya di kampus di Inggris dan Australia.

Dari buku yang kerap saya kutip, Pengakuan Pejuang Khilafah (The Islamist), Ed Hussain yang sempat menjadi anggota Jemaah Islamiyah dan Hizbut Tahrir di Inggris menceritakan dengan gamblang proses yang dialaminya.

Dimulai dengan membangun dignity atau martabat, pendekatan imajinatif tentang betapa mulia dan bermartabat

identitasnya sebagai anggota kelompok yang menjadi jaminan akhirat nanti. Diikuti dengan casting vision, penanaman visi masyarakat yang suci murni yang diperjuangkan. Dan bagian yang paling penting adalah role to play, penanaman peran khusus dengan satu tugas penting, sebagai latihan untuk menjadi pejuang saat ia sudah menjadi kader yang bergerak di masyarakat.

Untuk proses indoktrinasi yang sedemikian terstruktur dan sistematis, dibutuhkan orator-orator yang piawai sebagai ujung tombaknya. Di Indonesia kita menemukan banyak pendakwah yang seperti ini, yang memompa sentimen identitas kelompok dengan semangat menyerang kelompok yang ditanamkan sebagai musuh. Karena itu, kosakata yang mengandung sentimen permusuhan, seperti kafir, penistaan, dan musuh agama, menjadi bukan sesuatu yang spontan, melainkan memang diamplifikasi terus-menerus.

Indonesia perlu belajar dari Sri Lanka. Aksi teror yang terjadi memiliki banyak karakteristik yang sama dengan lapangan Indonesia. Kaum Muslim sufi tradisional dan kelompok Islam moderat mereka telah mengingatkan bahaya pendakwah-pendakwah ekstrem di kanal-kanal media sosial. Pemerintah mereka tidak merespons. Hasilnya, 253 korban jiwa dan lebih dari 500 korban luka-luka. Sebuah pil yang sangat pahit.

Semoga pemerintah kita bisa memastikan ini tidak terjadi di Indonesia.

Alissa Wahid, penulis adalah Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia. Tulisan ini dimuat di Harian Kompas, Kolom Udar Rasa, edisi 28 April 2019.


Meneruskan unggahan Romo Muji Sutrisno

Apa yang terjadi di Sri Lanka? Kesaksian seorang misionaris SSPX

Banyak dari Anda telah menyatakan keprihatinan dan mendukung kami dalam doa-doa mereka setelah serangan terhadap gereja yang terjadi pada hari Paskah pagi. Saya ingin mengucapkan terima kasih setulusnya atas perhatian Anda dan dengan artikel ini saya ingin memberi tahu Anda tentang situasinya. Ketika kami mengetahui tentang serangan bom yang menyerang dua gereja Katolik (satu gereja Protestan juga terkena) pada hari kita merayakan Kebangkitan Tuhan kita, komunitas Katolik menjadi risau, terutama karena serangan itu sama sekali tidak terduga.

Kehadiran Katolik

Di Sri Lanka, meskipun negaranya mayoritas beragama Budha, Gereja adalah institusi yang dihargai oleh otoritas publik tertinggi. Gereja Katolik dihargai karena keunggulannya dalam menyelenggarakan sekolah, rumah sakit, dan semua lembaga amal lainnya. Di wilayah Sri Lanka, Gereja Katolik dibagi menjadi 12 keuskupan dengan sekitar 1,2 juta umat Katolik mewakili sekitar 6,1% dari total populasi menurut sensus 2012. Gereja Katolik menikmati kebebasan beribadah dan bertumbuh secara teratur dengan menyambut para pemeluk baru, membuka paroki-paroki baru, membangun gereja, membuka sekolah-sekolah baru dan rumah biara baru setiap tahun.

Kehidupan katolik

Bagi seorang imam, Sri Lanka adalah salah satu tempat terbaik di dunia. Pastoran Serikat St. Pius X terletak di kota Negombo, salah satu kota paling Katolik di negara itu, yang memungkinkan para rohaniwan serikat kita mengalami sesuatu yang langka: hidup dalam masyarakat yang sangat Kristiani, yang merupakan suatu keistimewaan yang hampir menghilang dari muka bumi di zaman kita ini.

Saat mengemudi di jalan yang membentang di sepanjang pantai barat negara itu, dari Kolombo (ibukota) ke kota Chilaw, orang dapat melihat rumah-rumah doa atau patung Orang Kudus di hampir setiap persimpangan jalan. Negombo sangat terkenal untuk hal itu; bahkan ada patung Kristus Raja, setinggi tiga meter, di balai kota untuk menunjukkan bahwa Negombo adalah kota Katolik. Dua tahun lalu, pemerintah kota meresmikan patung Bunda Maria di puncak menara jam yang ada di pusat kota, yang di bawahnya ada layar elektronik menyambut para pengunjung di Roma Kecil, nama julukan Negombo.

Selama masa Natal, umat Katolik Negombo mendirikan tempat singgah tradisional di jalan-jalan dengan patung-patung indah dan dekorasi yang penuh cita rasa. Tidak seperti apa yang akan terjadi di Eropa, tidak ada yang berani merusak ungkapan iman seperti itu.

Imam di tengah masyarakat

Imam Katolik sangat dihormati di Sri Lanka, sebagaimana dibuktikan oleh fakta bahwa ia tidak pernah mengantri untuk urusan administrasi atau bank. Kami memperhatikannya begitu dia masuk. Di dalam bis, jika semua kursi penuh, seseorang akan segera memberikan tempatnya kepada imam yang naik ke kendaraan.

Sebagai seorang imam, Anda sungguh-sungguh mengalami bahwa Sri Lanka berbeda bahkan sebelum datang ke negara itu. Misalnya, setelah naik pesawat dari maskapai nasional Srilankan Airlines, kru akan memperlakukan Anda dengan penuh perhatian. Seringkali Anda akan disajikan minuman sebelum lepas landas, bahkan jika Anda berada di kelas ekonomi, dan begitu makanan akan disajikan, seorang pramugari akan membawakannya kepada Anda sebelum orang lain. Pada saat kedatangan, di bandara Kolombo, Anda tidak akan mengantri di bea cukai, karena seorang agen akan menjemput Anda untuk mencap paspor Anda sebelum pelancong lain.

Saat meninggalkan negara, di bandara Kolombo, hal yang sama terjadi. Di terminal, ada kursi khusus untuk para rohaniwan (Budha dan Katolik) dan di gate, seorang anggota staf akan mempersilahkan imam untuk naik pesawat terlebih dahulu, bersamaan dengan pengusaha bahkan jika sang imam berada di kelas ekonomi sekalipun. Kemurahan hati staf Srilankan Airlines terjadi pada 2010 ketika relikwi St. Antonius dari Padua berkunjung ke Sri Lanka. Relikwi tersebut dibawa dengan pesawat Srilankan Airlines. Pada kesempatan itu, maskapai memilih dua orang Katolik sebagai pilot dan co-pilot. Hal yang lebih menyentuh lagi, relikwi itu tidak diletakkan di bagasi pesawat, tetapi di kursi di kelas bisnis. Ketika relikwi itu tiba di bandara, ia disambut bagaikan kepala negara. Di luar bandara, relikwi St. Antonius ditempatkan di atas kendaraan resmi dengan pengawalan tentara dan polisi ke Kolombo.

Jadi mengapa ada pengeboman?

Serangan pada hari Minggu Paskah benar-benar dimaksudkan untuk melukai komunitas Katolik secara mendalam. Pertama, pemboman itu terjadi pada hari pesta terbesar setiap tahun, kedua, dua orang suci paling populer di Sri Lanka adalah St. Antonius dari Padua dan St. Sebastian. Para teroris tidak memilih target mereka secara acak. Mereka menargetkan Tempat Suci Santo Antonius di Kolombo dan Gereja San Sebastián di Negombo, dua gereja teramai. Polisi sibuk berusaha mencari tahu siapa yang berada di balik serangan itu, tetapi banyak orang di sini sudah memiliki dugaan atas jawabannya.

Apakah Serikat aman?

Seperti halnya semua gereja di negara ini, kita harus waspada. Gereja kita harus tetap terkunci kecuali untuk Misa. Dianjurkan untuk menghindari gerakan yang tidak perlu. Jam malam berlaku mulai jam 6 sore sampai 6 pagi. Pastoran kami bukanlah tempat penting, jadi tidak mungkin akan menjadi target operasi kriminal, tetapi siapa tahu? Salah satu gereja yang diserang hanya berjarak dua kilometer dari tempat kami berada. Doa dan dukungan Anda karenanya sangat berharga bagi kami. Berdoalah terutama untuk negara yang indah ini, yang memiliki begitu banyak hal untuk ditawarkan, sehingga dapat dengan cepat mengatasi cobaan ini dan tetap menjadi tempat yang damai demi berkuasanya kerukunan sosial dan relijius bagi kebaikan masyarakat yang lebih besar.

Pater Fabrice Loschi, SSPX



















No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post