Latest News

Saturday, 27 June 2020

Soal Jiwasraya


Soal Jiwasraya, Arief Poyuono: Jokowi Tukang Cuci Piring Kotor Ulah Bakrie DKK!

 Jun 26, 2020

Kegigihan seorang Jokowi dalam menumpas koruptor mendapat restu Sang Kuasa. Bahkan suara pembelanya datang dari eks oposisi yang dulu sesalu getol menyerangnya. Ialah Arief Poyuono yang kini ikut mengupas kasus Jiwasraya. Pernyataannya singkat namun telak membuat penegak hukum dan mantan penguasa lama kepanasan.

Kalau dalam isu PKI ia menyebut penciptanya adalah kadrun, isu Jiwasraya disebut dibuat antek penguasa lama. Kejanggalan penyelidikan sejak era 2008 dan tak berani mengusut tahun sebelumnya menjadi kunci mati para penegak hukum. Apa yang hendak disembunyikan? Apakah tujuannya memang menuduh Jiwasraya untuk dana kampanye Jokowi?

Sebelumnya dilansir jpnn.com, Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyuono menyebut masuknya perkara Jiwasraya ke tingkat pengadilan membuat tudingan pihak tertentu ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi terbantahkan.

Sebab, kata Arief, jiwasraya yang pada awalnya merupakan kasus pasar modal, menjadi gorengan politik karena dikaitkan dengan pemerintahan Jokowi.

"Dengan masuk persidangan, tuduhan yang selama ini dilancarkan oleh pihak lawan-lawan Jokowi terbantahkan. Misalnya, ada tuduhan duit Jiwasraya mengucur ke kampanye Jokowi, kini hanya jadi fitnah semata," kata Arief dalam pesan singkatnya kepada awak media, Kamis (25/6).

"Kesimpulannya, pemerintahan Jokowi hanya bernasib sial, karena Jiwasraya sudah busuk sejak lama. Pemerintan Jokowi seperti tukang cuci piring kotor belaka. Yang menikmati makanannya adalah rezim dan komplotan yang lama," ungkap Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.

Arief mengungkapkan, pada tahun 2008, saat pergantian direksi, posisi Jiwasraya sudah minus Rp 5,7 Trilliun. Artinya Jiwasraya sudah rugi sebelum tahun 2008, sebelum direksi baru waktu itu diangkat. "Namun anehnya mengapa Kejaksaan melokalisir kasus Jiwasraya hanya di periode 2008-2018? Mengapa sebelum tahun 2008 tidak diusut?" ujarnya heran.

Arief pun bertanya-tanya, apakah betul seperti kabar yang beredar bahwa Bakrie telah melakukan "deal" baik dengan Kejaksaan dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk tidak mengungkit keterlibatan mereka pada kasus Jiwasraya.

“Pertanyaan ini muncul kalau membaca Laporan Utama TEMPO 'Bakrie Dirunut, Auditor Terbelah'," ujarnya. Arief menjelaskan, selain tidak dibongkarnya kasus lama Jiwasraya sebelum tahun 2008, Kejaksaan juga masih gagal membongkar OJK yang merupakan lembaga pengawas yang bertanggung jawab penuh pada Jiwasraya.

“Kejaksaan belum memunculkan peran OJK dalam drama politik penegakan hukum Jiwasraya ini, khususnya Ir. Hoesen MM sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal," kata Arief.

Akhirnya Tuhan meminjam mulut Arief untuk mengungkap kebenaran dan membersihkan pemerintah Jokowi dari segala fitnah. Kini kita tahu semua motif diusutnya Jiwasraya sejak tahun 2008 untuk menutupi kasus lama era Abu Rizal Bakrie menjabat sebagai Menko perekonomian.

Makanya acara ILC berjudul "Membongkar Dalang Jiwasraya" 5 bulan yang lalu mengundang narasumber Said Didu. Karena dialah oposisi yang waktu itu menuduh Jokowi memakai dana Jiwasraya untuk kampanye. Sebenarnya acara ILC milik Bakrie hendak cuci tangan keterlibatan bosnya dalam skandal Jiwasraya.

Jadi Bakrie yang sempat menikmati hampir 4 triliun dana Jiwasraya yang kini menguap di beberapa perusahaannya tetap aman. Berbekal koneksi ke lembaga negara seperti BPK dan juga medianya, Bakrie hendak melimpahkan kasus ini ke mulut pemerintah saat ini.

Untuk itu, pemerintah dan aparat penegak hukum harus mampu menyelidiki borok Jiwasraya dari awal yakni sebelum tahun 2008. Kalau direksi baru (2008) dan Benny Tjokro bisa ditindak, komplotan Bakrie juga harus merasakan hukuman yang sama. Saatnya mereka mendekam di penjara dan negara harus berani menyita aset Bakrie. Jangan sampai tiap 17 Agustus negara memperingati kemerdekaan, sementara penjajah dari kaum sendiri masih leluasa.

Kalau sampai Bakrie lolos lagi, yang menanggung rugi adalah para nasabah dan negara. Tengok kasus Lapindo yang merugikan negara 700 Milyar lebih, ini akibat piciknya Bakrie memainkan negosiasi. Negara cuma diberi aset tanah sekitar lapindo yang harganya sudah pasti turun. Meski begitu keluarga Bakrie masih bisa hidup mewah hingga membelikan menantunya rumah besar di USA. Kalau Setnov yang licin saja akhirnya terciduk, harusnya Bakrie bisa terseret beserta aset-asetnya.

Begitulah kura-kura.

Referensi:

https://m.jpnn.com/news/arief-poyuono-tuduhan-duit-jiwasraya-ke-kampanye-jokowi-sudah-terbantahkan


https://seword.com/umum/soal-jiwasraya-arief-poyouno-jokowi-tukang-cuci-Phb7LFPFTL

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post