Latest News

Monday, 22 June 2020

Selamat Ulang Tahun Pak Jokowi


‼️ Kahiyang Ayu Bercerita 👌

21 Juni 1961 adalah hari kelahiran Presiden Jokowi, dan Minggu 21 Juni 2020 usianya genap 59 tahun.

Tentu tidak mulus perjalanannya dalam membangun Indonesia, apalagi saat ini dunia sedang menghadapi WABAH virus Covid-19 yang tidak bisa diprediksi datang dan perginya itu.

Pandemi ini jelas membuat Presiden Jokowi menghadapi tantangan PALING BERAT di antara Presiden Indonesia sebelumnya. Mungkin Allah sudah memilih orang yang tepat untuk menghadapi wabah ini dalam memimpin Indonesia.

Jika bukan Jokowi, apa berani mengeluarkan anggaran ratusan triliun demi rakyatnya, dengan risiko keuangan negara minus?
.
.
Bagaimana suara hati Kahiyang Ayu, anak perempuan satu-satunya Jokowi tentang bapaknya itu?

"Tidak jadi Presiden pun bapak tetap berkarya, hanya saja berkarya di lingkungan keluarga dan sekitarnya."

"Bapak selalu punya tekad sejak menjadi Walikota Solo untuk membantu banyak orang yang kekurangan, tapi bapak tidak punya banyak uang untuk menolong rakyat Indonesia yang masih kekurangan."

"Syukur alhamdulilah bapak ditakdirkan Allah menjadi Presiden saat Ini, agar bisa membantu banyak orang melalui uang negara, karena menurut bapak, itu uang rakyat Indonesia harus kembali ke rakyat. Itu saja tekad bapak."

"Agar rakyat sejahtera dan hidup berkeadilan menjadi rakyat Indonesia karena uang negara Itu haknya orang miskin atau yang sangat kekurangan."

"Karena bapak dulu pernah merasakan bagaimana menjadi rakyat kecil. Bapak lahir bukan berasal dari keluarga kaya atau keturunan keluarga yang sejak lahir sudah berkecukupan, tapi bapak tahir dari keluarga yang tidak punya apa-apa."

"Maka saat diberi amanah oleh Allah sejak menjadi Walikota, Gubernur hingga Presiden, bapak hanya menghabiskan waktu buat rakyat. Kadang aku bertanya dalam hati kapan bapak bisa bersama keluarga. Sabtu - Minggu pun bapak tetap bekerja...😢."

"Aku hanya bisa berdoa semoga bapak sehat selalu dan diberi kesabaran oleh Allah, maupun saat dihina dan dicaci tidak mengapa. Yang penting bapak bisa bantu banyak orang dan semoga jadi amal baik bapak kelak. Aamiin". 🙏💞🙏😷💋

#21Juni
#59TahunJokowi
#KahiyangAyu  🙏🙏


SELAMAT ULANG TAHUN, PAKDE JOKOWI..

Seorang teman dengan nada sinis berkata, "Jokowi dimatamu kayak manusia sempurna aja, gada salahnya. Setiap keputusannya, selalu kamu bela.."

Dan terakhir, dia menulis "cuihhh.." seperti sedang meludah. Mungkin jijik dgn persepsinya sendiri padaku, yang dia anggap sebagai penjilat atau orang bayaran pemerintah.

Ya, seperti biasa saya ketawa aja membaca ejekan seperti itu. Dia orang yang ke ratusan ribuan kali yang menghina seperti itu. Udah kebal, gak mempan dan kuanggap seperti kentut yang sedikit bau, tapi cepat berlalu.

Sebenarnya aku ingin seperti dia, mengkritik Jokowi sekeras-kerasnya. Biar tampak seperti pahlawan, pembela keadilan sosial atau apalah. Tapi selalu diakhir aku sadar, keadilan sosial itu selalu bermata dua, tergantung dari sudut mana memandang. Sudut kebencian atau sudut rasional ?

Bagaimana aku bisa menghantam seorang Jokowi yang membangun negeri ini dengan niat yang benar ? Lihat, baru kali ini kita mengalami pembangunan besar-besaran di seluruh daerah, bukan hanya di Jawa saja.

Dan menariknya, rakyat yang dulu selalu berontak saat tanahnya dipake untuk program pemerintah karena dibayar seadanya saja, sekarang berlomba-lomba menawarkan tanahnya, karena ketika dibeli pemerintah mereka malah tambah kaya. Lalu kenapa saya harus menghantam Jokowi jika dia berbuat baik pada rakyatnya ?

Dan lihat, bagaimana Jokowi mampu meredam mafia ekonomi, mulai pangan sampai migas yang selama ini merampok negeri ini ? Bagaimana Jokowi mampu mengembalikan Freeport dan tambang2 besar kembali ke pangkuan negeri dgn konsep kedaulatan Indonesia ?

Kalau saya mau nulis tentang apa yang Jokowi lakukan, tentu tidak cukup semua saya tulis disini. Semua program besar, punya visi kemajuan. Kalau ada masalah kecil, lalu apakah saya harus menghilangkan semua kebaikan yang pernah dia lakukan ??

Jokowi bukan manusia sempurna memang, seperti kita juga. Dia ada di tempat, dimana negeri ini rusak parah. Harusnya banyak orang paham, tidak mudah ada di posisi seperti dia. Dan berterimakasih, karena masih ada orang yang bersedia meluangkan waktu untuk memperbaikinya.

Mencaci itu mudah. Memberi penghargaan terhadap kinerja orang itu yang susah. Tidak semua orang paham visi besar seorang Jokowi, karena banyak orang bahkan tidak mengerti visi dirinya sendiri.

Lama saya sadar, bahwa saya sebenarnya bukan membela seorang Jokowi. Tetapi membela mimpi saya untuk negeri ini. Dan mimpi itu terwakili oleh sosok seorang yang tulus membangun negeri.

Biarlah temanku dan banyak orang lain dengan sakit hatinya. Mungkin mereka punya masalah ekonomi, tapi tidak tahu bagaimana cara melampiaskannya. Paling gampang, cari kambing hitam, salahkan Jokowi saja..

Ah, sampai lupa. Besok beliau Ultah.

Selamat ulang tahun ke 59 Pakde Jokowi. Teruslah bekerja, yang lain serahkan ke kami saja. Karena kami juga tidak mau ketinggalan, ingin ikut berjuang denganmu walau hanya sibuk memerangi propaganda jahat di media sosial.

Kelak ketika engkau pensiun dan sudah tidak sibuk lagi, undanglah diriku ke rumah meski hanya disuguhkan secangkir kopi saja. Itu lebih dari cukup karena yang penting, ingin kudengar cita-citamu untuk Indonesia.

Seruputttttt....

Denny Siregar

---------------
JOKOWI DATANG, CALO BUBAR

"Paimo tuh, baru ok. Gak kaya Paijo, sama-sama direktur, gaji sama, masa jomplang banget hidupnya?

Paimo dan Paijo memang sama-sama menduduki jabatan direktur salah satu anak perusahaan BUMN, keduanya bergaji Rp 200 juta tiap bulan.

Paimo menghabiskan Rp 100 juta setiap bulannya untuk tagihan bank.  Cicilan dua mobil mewah untuk dua anak perempuannya dan sebuah motor Ducati bagi anak laki-lakinya, dan sebagian lagi untuk cicilan rumah.

Untuk memenuhi gaya hidupnya yang mewah dan demi eksistensinya sebagai seorang direktur, Paimo tak merasa sayang untuk memgeluarkan biaya sebesar hampir Rp 70 juta tiap bulannya.

Luar biasa Paimo...,dia sangat mengerti bagaimana menghargai hidup.

Sementara, Paijo juga memiliki tagihan bank sebesar Rp 120 juta tiap bulannya karena investasi tanah dikampungnya untuk keperluan kebun sengon dan usaha pabrik kayu lapis yang belum terlalu besar. Ketiga anaknya hanya memiliki motor biasa, itupun karena perhitungan ekonomis dibandingkan dengan harus naik kendaraan umum bagi kegiatan sehari harinya.

Rp 50 juta dia pakai untuk asuransi pendidikan ketiga anaknya, dan sisanya dia hemat bagi kebutuhan harian. Keluar makan, paling banyak hanya empat kali dalam sebulan.

Paijo hidup dengan sederhana, tak berbeda dengan banyak orang dilingkungannya.

Ketika keduanya pensiun, yakni setelah dua puluh tahun menjabat, Paijo sudah menjadi pengusaha besar. Asetnya berkali lipat dibanding hutang bank yang pernah dia ambil demi merintis usahanya.

Ketiga anaknyapun kini sudah sukses dan mereka semua mengecap pendidikan diluar negeri.

Paimo tidak miskin, dia masih tetap perlente dengan asesoris melekat pada tubuhnya. Tiga anaknya juga sudah bekerja, namun tak sehebat ketiga anak Paijo.

Hidup keluarga Paimo begitu-begitu saja, dia tidak miskin, tapi juga tidak berubah menjadi kaya. Dia mengalami hidup yang flat, datar dan tak banyak ada perubahan.

Mungkin, beginilah gambaran tentang makna "middle income trap" yang akan menempatkan Indonesia menjadi "middle income country" sebagai istilah bagi Indonesia yang tak akan beranjak menjadi negara maju bila tidak segera berbenah. Indonesia akan begitu-begitu saja.

Ini bukan ngarang, ini sebuah peringatan bank dunia kepada pemerintah Indonesia saat awal Jokowi memerintah di tahun 2014 silam.

Jokowi sebagai Presiden berbenah. Dengan memanggil Sri Mulyani pulang, Presiden berharap "Indonesia yang begitu-begitu saja" tak harus terjadi.

"Kurangi sunsidi, tambal kebocoran, budayakan hidup sederhana". Itulah yang diminta oleh Sri Mulyani. Bisa?

Sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal, Presiden langsung membayangkan betapa akan terjadi perlawanan besar dari banyak orang mapan yang selama ini menikmati kebocoran yang disengaja dalam banyak anggaran pemerintah.

"Kurangi sunsidi? Alamaak..." Gumam Presiden dalam hati.

Subsidi adalah lahan. Lahan bagi regulator, sekaligus lahan panen pujian bagi politisi yang akan didapatkan atas kebijakan populis dari rakyat.

"Budayakan hidup hemat?? Orang Indonesia harus hemat? Lha wong gaji banyak temenku cuma 5 juta belanjanya bisa 8 juta, ini malah suruh hemat? Mati aku..!", tak terasa Jokowi berbisik galau.

Indonesia yang miracle, bukan mitos. Banyak orang dengan struck gaji tercetak 5 juta tapi bisa punya tiga mobil bukan rahasia. Banyak orang yang kerjanya hanya nongkrong di depan kantor urusan publik, tak pernah kehabisan uang beli rokok.

Lantas kini Jokowi harus merubah itu? Pasti akan terjadi banyak konflik dalam lima tahun kedepan.

Dan itu sungguh terjadi. Jokowi tak memilih cara hidup Paimo yang menghabiskan seluruh pendapatannya dan terbukti telah membuat Paimo tak beranjak dari status "middle", menjadi Paimo yang kaya. Paimo terjebak dan tak pernah bangkit dari posisinya, bahkan saat dia sudah menjadi tua.

Benar adanya bahwa Paimo tidak lantas menjadi miskin, demikian pula Indonesia tak akan menjadi miskin hanya gara-gara subsidi dan membiarkan korupsi terjaga pada level seperti kemarin-kemarin.

Lebih-lebih, Jokowi dijamin tak akan di ungkit apalagi dijahilin, dan yang pasti, Jokowi juga akan terangkut menjadi orang yang sangat kaya bila dia membiarkan saja budaya yang sudah lama itu terus lestari.

Konyolnya, Jikowi memilih cara Paijo. Jokowi memilih seperti Paijo yang hanya membelikan motor biasa dan uang jajan seperlunya buat ketiga anaknya. Jokowi menginvestasikan uang yang dulunya bisa dibagi-bagi, dengan infrastruktur dan banyak regulasi baru.

Berbeda dengan  ketiga anak Paijo yang nurut saja meski hanya dikasi motor disaat anak tetangga pak Paimo bisa memiliki mobil mewah, banyak rakyat Indonesia berlaku marah pada tindakan Jokowi.

Banyak pejabat merasa dikhianati oleh Jokowi karena pendapatannya menurun drastis. Cara hidup yang lama telah mendarah daging, kini berubah. Ini bukan pilihan enak. Mereka marah!

Kini "miracle Indonesia" yakni bergaji 5 juta berbelanja 8 juta sulit ditemukan. Mereka yang hanya nongkrong dan menjadi calo, tak lagi bisa sepuasnya beli rokok.  Namun, rakyat dijamin tak akan kelaparan dan mati karena tak bisa berobat.

Hari ini, tanda-tanda bahwa Indonesia telah melangkah dengan benar, dan proses itu sudah berjalan selama lima tahun, telah menunjukkan hasilnya. Benar belum semua menikmati hasilnya, namun infrastruktur telah terhampar nyata bahkan didepan rumah kita.

Hari ini, hampir tidak ada kampung tak berlistrik dan ber"jalan", semua orang sudah dapat melakukan yang dulu mustahil.

Indonesia memang sedang berbenah, dan dalam berbenah, pasti ada yang harus dibuang dan dilempar ketempat sampah. Mereka yang dibuang ketempat sampah adalah mereka yang tak mau berbenah dan berubah.

Siapakah mereka? Yang masih ngamuk dan marah-marah.
.
.
.
Copas dr fb
.
.
Rahayu
Karto Bugel

---------------------

Pukulan Berat Jokowi Ditinggal Dua Menteri Saat Pandemi.

Gunjingan dan guyonan yang terus menerus dialamatkan kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, mau tak mau memang membuat lelaki kelahiran Toba Samosir itu jengah juga. Ia sudah lelah berkali-kali dijuluki “Menkosaurus” alias Menteri Segala Urusan oleh netizen.

Julukan yang diberikan oleh netizen kepada Luhut tersebut sejatinya memang cukup beralasan dan tak salah-salah amat. Di luar bidang militer, Luhut setidaknya sudah pernah menjabat sebagai petinggi di lima kementerian atau setingkat kementerian. Dari mulai Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Kepala Staf Kepresidenan, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Menteri Perhubungan (ad interim), sampai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Namun tetap saja itu cukup bikin jengkel Luhut. Apalagi julukan itu terus menerus diamplifikasi di sosial media.

Menurut Luhut, julukan dan aneka guyonan itu sungguh membuat dirinya cukup terpukul. Sebagai seorang prajurit, ia merasa sedih karena segala dan upayanya yang telah ia kerahkan selama ini untuk ikut membangun negeri ternyata justru berbuah guyonan murahan.

Pada akhirnya, Luhut sampai kepada keputusan yang tak banyak orang menyangkanya: mengundurkan diri.

“Saya akan mengundurkan diri,” ujar Luhut kepada awak media beberapa waktu yang lalu lobi gedung Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Senin, 15 Juni 2020 lalu.

Pernyataannya tersebut tentu saja membuat beberapa awak media yang sejatinya sedang ingin mewawancarai Luhut perihal wacana pembukaan wisata konservasi di masa pandemi covid-19 langsung heboh.

“Saya tidak bercanda, saya ingin mengundurkan diri dari jabatan menteri, saya berencana akan menyampaikannya langsung secara resmi kepada Pak Jokowi tanggal 21 mendatang.”

Luhut mengatakan ingin fokus untuk menggeluti dunia pendidikan, dunia yang selama ini menjadi ladang pengabdiannya kepada masyarakat. Seperti diketahui, di kampung halamannya, Luhut membangun sebuah Politeknik Informatika dan yayasan yang fokus memberikan bantuan pendidikan untuk warga yang kurang mampu.

“Mungkin dengan kembali bergiat di bidang pendidikan, saya bisa lebih maksimal dalam memberikan sumbangsih bagi negeri ini. Saya ini prajurit, saya sudah disumpah untuk selalu berbakti kepada negeri ini, dan saya pikir, itulah bakti yang paling masuk akal untuk bisa saya lakukan,” terang Luhut.

Niatan untuk mundur dari jabatan menteri ternyata juga dirasakan oleh Menteri Kesehatan Dokter Terawan Agus Putranto. Bedanya, jika Luhut berniat mengundurkan diri karena ingin mengabdi di bidang lain, Dokter Terawan justru ingin mundur karena ia merasa gagal dalam mengawal proses penanganan virus covid-19.

Seperti diketahui, Indonesia saat ini masih menjadi negara di Asia Tenggara dengan pertumbuhan kasus positif covid-19 yang sangat tinggi. Dalam beberapa hari terakhir, setidaknya ada lebih dari seribu kasus positif yang tercatat tiap harinya.

Per tanggal 20 Juni 2020 kemarin, setidaknya sudah ada 45.029 kasus positif covid-19 dengan 2.429 korban meninggal dunia. Angka ini menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara. Kurva penyebaran virus covid-19 juga masih belum melandai, bahkan cenderung memburuk.

“Saya pikir, adalah keputusan yang bijak jika saya mengundurkan diri. Masyarakat butuh kepercayaan yang baik terhadap pemerintah, dan kita tahu, saya tidak bisa menghadirkan kepercayaan itu. Saya dianggap tidak kompeten. Maka, akan sangat baik jika posisi saya digantikan oleh orang yang lebih bisa bikin masyarakat percaya,” ujarnya setelah rapat kerja bersama Timwas Covid-19 DPR RI di Kantor Kemenkes, Rabu, 17 Juni 2020 lalu.

Kepada awak media, Dokter Terawan mengatakan bahwa ia ingin fokus membantu proses percepatan penanganan Covid-19 namun dalam kapasitasnya sebagai seorang tenaga kesehatan, bukan sebagai menteri.

“Mungkin akhir pekan ini saya akan menemui Pak Jokowi untuk membicarakan hal ini,” terangnya.

Dokter Terawan mengatakan bahwa masyarakat butuh figur yang bisa menenangkan. Ia kemudian mencontohkan bagaimana kondusivitas komunikasi di media tentang Gugus Tugas yang perlahan mulai membaik setelah Dokter Reisa ditunjuk menjadi salah satu tim komunikasi Gugus Tugas.

“Indonesia butuh sosok yang lebih baik untuk mengawal pandemi ini.”

Niat mundur dua menteri tersebut ternyata tak main-main. Minggu pagi, 21 Juni 2020, Luhut dan Terawan ternyata benar-benar menemui Jokowi di Istana Negara.

Menurut keterangan Setkab Pramono Anung, keduanya diterima oleh Jokowi di ruang kerja Jokowi.

Kepada Jokowi, dengan disaksikan oleh Pramono Anung dan beberapa staf, Luhut dan Terawan mengungkapkan niat mereka untuk mengundurkan diri.

Wajah Jokowi yang sebelumnya tampak ceria mendadak layu mendengar penjelasan kedua menterinya itu.

“Kok ya sekarang, Mbok ya nunggu pandemi selesai,” kata Jokowi dengan nada bicara khasnya.

“Nggak bisa, Pak. Lebih cepat lebih baik,” jawab Dokter Terawan.

“Betul, Pak,” kata Luhut.

“Ya sudah, siang nanti akan segera saya pikirkan. Tapi yang jelas, saya belum bisa menerima secara resmi pengunduran diri kalian.”

“Siap, Pak. Yang penting kami berdua sudah menyampaikan maksud dan niatan kami.”

Dokter Terawan, Luhut, Pramono Anung, dan beberapa staf yang ada di ruangan pun kemudian keluar dari ruangan dan meninggalkan Jokowi yang tampak gusar.

Tentu bukan perkara susah bagi Jokowi kalau sampai ada menterinya yang mengundurkan diri. Dirinya pasti punya rekomendasi sosok yang mampu menggantikan mentrinya yang mengundurkan diri. Namun kalau yang mundur dua menteri sekaligus, apalagi di masa sulit seperti sekarang ini, tentu hal tersebut bisa menjadi preseden yang buruk bagi pemerintahannya.

Jokowi pun kemudian keluar dari ruangannya dan berjalan menuju beranda Istana.

Belum juga jauh beranjak, mendadak dari arah samping, sudah datang Luhut dan Terawan membawa kue. Lagu “Selamat ulang tahun” dari Jamrud pun langsung terdengar keras dari sound system di sebelah ruang kerja presiden.

“Selamat ulang tahuuuuuuuun…” kata Luhut.

Jokowi kaget tak terkira. Ia kemudian melemparkan pandangannya ke samping, di sana, sudah ada banyak orang yang berkumpul menyambutnya, termasuk beberapa menteri dan anggota staf kepresidenan. Semuanya kompak memakai topi kerucut.

Jokowi yang sedari tegang dan tampak gusar kini tampak sebal dan jengkel.

“Jigur, kena lagi,” kata Jokowi sambil menepok jidatnya. “Kalau sampai tahun depan kamu berani begini lagi, nggak perlu mundur, langsung tak pecat kamu, Hut!”

“Ampun, Booos!” kata Luhut sambil merenges.

Sungguh sebuah adegan yang menarik.

Selamat ulang tahun ke-59 Pak Jokowi.
.
(Tenan pora...?)

============================


No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post