Latest News

Sunday, 24 February 2019

Fokus Berita: Konvensi Rakyat Jokowi


Fokus Berita: Konvensi Rakyat Jokowi

Oleh: Denny Siregar*

"Kalau ada konsesi besar yang ingin dikembalikan ke negara, saya tunggu sekarang...."

Begitu tegas Jokowi di hadapan ribuan pendukungnya di Sentul malam kemarin. Dan pendukung Jokowi pun bersorak sorai menyambut perkataannya.

Jokowi memang benar-benar "gila". Dari tubuh kerempeng yang dulu tidak diperhitungkan ini, ternyata ada auman singa yang menggetarkan banyak kalangan elit Indonesia yang berjumlah 1 persen dari total jumlah penduduk, tetapi menguasai mayoritas tanah negara.

Kotak pandora itu dibongkar Jokowi awalnya waktu debat kedua dengan Prabowo. Karena Prabowo selalu bicara atas nama rakyat dan menyindir kalangan elit Indonesia, Jokowi kemudian membongkar kedok Prabowo bahwa Prabowo juga bagian dari elit yang 1 persen itu.

"Bapak Prabowo setahu saya menguasai 220 ribu hektar di Kaltim dan 120 ribu hektar di Aceh Tengah...." begitu kata Jokowi dan ributlah se-Indonesia Raya. Mereka kaget, membayangkan lahan Prabowo yang 7 kali lebih luas dari Jakarta.

"Apakah Jokowi sedang menyerang Prabowo?"

Bukan. Jokowi sedang membuka fakta saja bahwa satu orang seperti Prabowo, bisa menguasai begitu besar lahan di Indonesia. Nah, ada puluhan orang yang seperti Prabowo yang bahkan menguasai jutaan hektar lahan konsesi, yang dibagi-bagi sebelum Jokowi memerintah.

Greennomics Indonesia, LSM lingkungan, menggambarkan pada masa SBY berkuasa, lahan yang dibagikan ke pengusaha besar seluas 2,4 juta hektar. Zulkifli Hasan, ketua umum PAN yang juga mantan Menteri Kehutanan, memecahkan rekor dengan membagikan 1,64 juta hektar lahan selama ia menjabat periode 2009-2013.

Itu belum pada masa orba yang jauh lebih luas lagi dibagikan kepada segelintir elit pengusaha.

Jokowi tidak menyalahkan pembagian itu karena sudah sesuai UU, tetapi ia mengkritik kebijakan masa lalu yang dengan enaknya membagikan lahan konsesi hanya kepada pengusaha tetapi tidak kepada rakyat. Rakyat hanya jadi penonton di tengah kerakusan para elit yang merampok hak-hak mereka.

"Lalu bagaimana dengan kroni Jokowi? Seperti Luhut Binsar Pandjaitan misalnya. Bukankah ia juga memegang konsesi lahan besar??"

Menariknya Jokowi, sebelum ia melontarkan "bom atom" di media, ia sudah melakukan konsolidasi dulu dengan orang-orang terdekatnya.

Bulan Juli 2018, LBP mengatakan ia akan menyusutkan lahan-lahan konsesi PT Toba Pulp Lestari sampai 88 persen, dari 200 ribuan hektar menjadi sampai 25 ribu hektar saja. Selebihnya ia kembalikan pada negara.

Dari pernyataan LBP di media massa, kita bisa melihat bahwa Jokowi sudah berkomitmen dengan ring 1 nya untuk berbuat sebelum berkata. Dengan begitu, ia mempersempit serangan pada dirinya.

"Untuk apa lahan konsesi besar yang direbut Jokowi dari pengusaha itu?"

Tentu ia bagikan kepada rakyat. Dari 12,7 juta hektar lahan yang sudah ia ambil dari para pengusaha yang dekat dengannya, 2,6 juta hektar sudah ia bagi-bagikan kepada rakyat. Bagi Jokowi, tidak penting ia dicap apa saja, yang penting rakyat harus bisa ikut menikmati kekayaan alam Indonesia.

Saya jadi teringat ketika berbincang dengan seorang pejabat negara yang juga pengusaha besar di negeri ini. Ia berkata, "Jokowi tidak mencuri. Jika ia mencuri sedikit saja, saya pasti akan mencuri lebih besar dari dia...."

Jokowi menularkan ketauladanan kepada orang-orang di sekitarnya, sehingga mereka merasa sungkan untuk berbuat hal yang memalukan.

Jokowi adalah Presiden yang berasal dari rakyat. Ia hidup dengan rakyat dan berjuang untuk rakyat. Maka kita wajib membelanya, karena pembelaan kita sama artinya dengan kita ikut membela rakyat supaya mempunyai hak yang sama.

Seruput kopinya? ☕☕

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post