Akhirnya Achmad Zaky gak kuat. CEO Bukalapak ini datang menemui Jokowi di Istana. Ia mengerahkan segala energi dan jaringannya untuk bisa diterima meski hanya beberapa menit.
Zaky mengirim sinyal, jika tidak secepatnya Jokowi turun tangan, Bukalapak bakal semaput. Amukan netizen memang luar biasa mengancam masa depan Zaky. Ada1500 karyawan disana.
Bukan hanya Bukalapak. Hijup.com yang dimiliki istri Zaky juga gak luput dari bahaya. Para pecinta Jokowi bereaksi negatif juga.
Sebetulnya cuitan Zaky yang bilang 'pemerintah omong kosong' dan 'presiden baru', bagi Jokowi dianggap biasa saja. Kayak angin lalu. Setiap orang bebas mengekspresikan pilihan politiknya.
Ketika Presiden ikut mendorong Bukalapak membesar, juga gak mikir Zaky itu pendukung siapa. Yang ada di kepala Jokowi hanyalah membantu membesarkan bisnis anak bangsa. Milik anak-anak Indonesia.
Jokowi tidak berharap setelah itu mereka akan mendukungnya. Atau memberikan suara kepadanya. Dia hanya mencintai negeri ini. Mencintai karya anak Indo esia. Ia hanya ingin mendorong semuanya untuk maju.
Jika setelah usahanya diendorse Jokowi, orang seperti Zaky tetap terang-terangan mendukung Prabowo, itu biasa saja. Gak akan menyurutkan Jokowi untuk membesarkannya. Itulah yang dinamakan kerja dengan cinta. Ia hanya menjalankan tugasnya dengan baik. Ia hanya memposisikan dirinya pengayom semuanya.
Bukalapak adalah karya asli orang Indonesia. Gak peduli apapun pilihan politiknya, bagi Jokowi harus tetap dibesarkan. Sebab memajukan karya asli Indonesia adalah kewajibannya sebagai Presiden. Agar mereka bisa tumbuh maksimal.
Tapi menjadi pendukung Jokowi, bukan kewajiban seorang Ahcmad Zaky.
Kamu fikir, sebagai Presiden dia gak tahu kemana afiliasi politik orang yang ingin dibesarkannya?
Makanya pagi ini, Presiden bersedia bertemu CEO Bukalapak. Zaky yang sejak kemarin pusing tujuh keliling, merengek minta waktu Jokowi. Setelah cuitannya itu, Zaky berharap pertemuannya dengan Jokowi bisa menolong posisi Bukalapak yang yang terjepit.
Apa Jokowi marah karena cuitan Zaky lalu membiarkan Bukalapak terseok? Apa dukungan terbuka Achmad Zaky kepada Prabowo cukup untuk membuat Jokowi sakit hati?
Gak. Zaky boleh bertindak semaunya. Dia bebas menentukan pilihan politiknya. Tapi kecintaan Jokowi pada karya-karya anak bangsa jauh lebih tinggi dari sekadar Copras-capres. Apapun pilihan politik Zaky, tidak menutup pintu Jokowi untuk tetap menerimanya.
Maka, siang ini Jokowi menerima Zaky di istana. Mendengar keluh kesahnya. Dan mendoakan agar usaha Zaky tetap tumbuh maksimal.
Beruntunglah Zaky, punya Presiden sebaik itu. Beruntunglah kita punya pemimpin yang di hatinya tidak terselip rasa dendam. Pilpres ini tidak cukup menjadikan Jokowi manusia politik. Ia tetap seorang yang bekerja dengan cinta.
Bahkan dari kemarin, dua putra Jokowi, Kaesang dan Gibran sudah pasang badan untuk membela Zaky. Mereka gak peduli dengan pilihan politik Zaky. Mereka, seperti juga ayahnya, mencintai negeri ini dan karya-karya orang di dalamnya, jauh lebih besar dari sekadar copras-capres.
Maka hari ini, sepertinya kita cukupkan kemarahan kita pada Zaky dan Bukalapak. Saya mau tiru Jokowi. Pilpres tidak menjadikan kita manusia pemarah.
Sebab kita mendukung Jokowi, karena kita tahu, dia orang baik...
"Ahcmad Zaky beruntung mas. Dia punya Presiden seperti Jokowi," ujar Abu Kumkum.
# Pakdhe panceen luar biasa hatinya.. ☝🥰
MEMAHAMI ACHMAD ZAKI DAN BUKA LAPAK-NYA
- Andi Setiono M.
Barangkali inilah sebuah ironi berusaha di abad milineal. Seorang anak desa, lahir di kota kecil Sragen, lalu berkesempatan kuliah di PTN ternama bernama ITB. Lalu membangun sebuah start-up kekikinian, bernama Buka Lapak. Sukses story yang sebenarnya biasa saja, Bisa terjadi dan dialami semua orang, pembedanya cuma dua minimal: keberuntungan dan popularitas. Keberuntungan tak bisa dibeli, tapi tentu saja popularitas sangat bisa dieksploitasi. Senyampang dengan itu, sesungguhnya keduanya saling mereduksi, semakin tinggi popularitas yang di dapat sebenarnya, keberuntungannya semakin menyusut. Bila tak bisa dibilang pelan2 menjauh dan menghilang. Itulah yang terjadi pada Achmad Zaki. Dari seorang funder dan membanggakan diri dengan stempel CEO, sesungguhnya ia terakhir hanya pemilik 1% dari perusahaan yang didirikannya itu. Berapa-pun nilainya perusahaan itu, ia hanya minortas yang memiliki kuasa dan pengaruh di anak yang sempat dilahirkannya itu. Frustasi dan kegilaan dari seorang founder dan CEO, yang sesungguhnya tak lebih seorang pion. Bagaimana bisa?
Bisnis on-line seperti ini sesungguhnya tidaklah sama dengan bentuk bisnis lain yang memiliki kolateral yang dapat diagunkan ke bank. Ia tidak sama dengan dengan bisnis properti atau kendaraan bermotor yang jelas agunannya. Dunia perbankan tidak mungkin membiayai jenis start-up bisnis seperti ini, sehingga kalau ingin membesar mereka harus terus mengejar investor. Karena itulah, jenis bisnis seperti harus selalu high-profile. Hal yang kalau dikaitkan, dengan profil AZ jadi sangat gak nyambung sejak awal. Ia thengil, lebay, dan celometan. Ia membangun Bukalapak mulanya dengan mencoba menggandeng Sandiaga Uno, Oportunis yang lain, yang sebagaimana kita tahu bisnis sesungguhnya hanya jual beli konsesi dan pengejar rente. Coba saya ingatkan, bahwa hanya dengan modal dengkul Sandi merapat (dulu) ke Partai Demokrat lalu mendapat konsesi pembangunan jalan Tol Cipali. Di tengah jalan konsesi ini dijual pada Group Astra yang memberinya keuntungan triyunan tanpa modal sepeserpun. Itu alasan kenapa, Prabowo merekrutnya: di luar gayanya yang "menyebalkan dan suka bersandiwara" itu, ia figur yang pandai mencari uang. Menutupi lubang menganga kebutuhan dana kampanye yang tak lagi bisa dipenuhi oleh keluarga Djojohadikusumo itu. Berharap dari Cendana? Kasihan deh loe...
Lalu diperkenalkanlah ia pada Edy Sariatmadja pendiri dan pemilik EMTEK, yang konon juga lagi butuh punya eksistensi di bisnis on-line. Dari sinilah mereka bisa berharap masuk bursa saham. Artinya apa? Ia memperoleh keuntungan bukan return nya bukan dari profit real bisnis tetapi dari value saham di market. Dan karena untuk bisa eksis di bursa saham, ia harus cukup "nampang", ia butuh terus menerus dana tambahan. Sejenis buaya mangap, yang tak pernah kenyang! Salah satu yang dilakukannya sejak tahun 2017, Bukalapak berusaha menarik dana dari publik melalui penerbitan reksadana. Tetapi nilainya tidak significant untuk memenuhi ROE layak masuk bursa. Dan kesempatan terkakhir, saat ia ikut tender di lingkaran pemerintah yang konon berbau R&D (Research & Development) dan ia gagal. Lalu sebagaimana kita tahu, ia celometan di twitter menyalahkan anggaran riset yang terbatas, sialnya pakai data yang salah. Dan lebih buruk, ia pengen ganti presiden. Saya tidak tahu, apa reaksi Edy Sariatmadja, yang telah menolongnya itu. Karena ES tercatat sebagai salah satu ring satu pendanaan kampanye Jokowi. Konon setehari setelah ia ngacapruk, valuasi nilai perusahannya telah turun 30% dan diperkirakan akan semakin turun.... Ia bukan saja dihukum oleh netizen seacar sosial, ia juga telah bunuh diri secara bisnis.
Jadi AZ ini, tidak saja mengkhianati Jokowi yang meng-endorse bisnis-nya sedemikian rupa agar berkembang. Tetapi terutama investornya. Bagian paling buruknya adalah ia bermimpi dapat pertolongan dari kelompok sebelah! Sambil mencampakkan orang2 yang sudah riil menolongnya. Buah simalakama yang ditimbulkan sungguh luar biasa. Jadi agak ngaco membandngkannya dengan kasus Sari Roti dan Traveloka. Semestinya tidak ada yang harus happy dari peristiwa ini, semua harus merasa kehilangan dan kecolongan. Semua kita kehilangan sebuah modal baik. Kalau kelompok sebelah seolah bersorak? Bersorak untuk apa? Emang mereka bisa memberi pertolongan apa? Berharap dari langit ke tujuh? Ini adalah cermin kebodohan dan kekonyolan dari seorang anak muda yang sok bergaya milineal. Ingin tampak keren, tapi sebenarnya sangat ndeso. Orang desa saja masih lebih beruntung karena punya kerendahan hati dan kejujuran.
Orang Jawa bilang ia adalah typical wong sing ora kuat nyangga drajat! Mungkin habitat aslinya memang sebatas berdiang di aquarium ikan!
No comments:
Post a Comment