Latest News

Wednesday, 15 January 2020

Gubernur Jakarta Anies Baswedan Menari-nari di Banjir Jakarta


Raja Menari-nari Tanpa Busana.
Gubernur Jakarta Anies Baswedan Menari-nari di Banjir Jakarta.

Alkisah ada seorang raja lalim menari tanpa busana alias telanjang dibiarkan, didukung dan dipuja pendukungnya. Raja lalim ini terbiasa dan selalu  mengatur penampilannya ketika berhadapan dengan publik. Setiap kali keluar dan dan bertemu publik sang raja selalu dengan penampilan terbaiknya untuk menipu dan membius publik. Suatu ketika sang raja kehabisan cara dan kehabisan gaya penampilan. Semua gaya, penampilan sang sudah gunakan dan dia merasa bosan dan "mati gaya'. Para pelayan dan pendukung kebingungan, ditolak, sudah kehabisan stok gaya dan semua tawaran penampilan serta pakaian ditolak sang raja. Akhirnya sang raja meninggalkan para pelayan dan pendukungnya, masuk ke dalam kamarnya. Beberapa waktu kemudian sang raja keluar sambil bertanya, "bagaimana penampilan dan pakaian saya ini?" Sang raja bertanya sambil menari-nari tanpa pakaian, telanjang di depan para pelayan dan pendukungnya. Para pelayan dan pendukungnya spontan dan kompak menjawab, "penampilan raja indah, menarik dan hebat". Seorang pendukung tanpa ragu memuji sang raja, " wah hebat sekali Baginda raja, model pakaian baginda sangat indah dan kuat biasa". Pendukung lainnya tak kalah memuji raja juga, "selera baginda raja memang luar biasa. Belum ada orang yang memiliki model pakaian dan penampilan gagah seperti ini". Mereka  membiarkan sang raja keluar dari istana menemui rakyat tanpa pakaian, telanjang.

Cerita raja menari-nari tanpa busana atau telanjang ini sengaja saya pilih untuk menggambarkan suasana yang saya rasakan saat melakukan advokasi masalah banjir Jakarta 2020. Banjir Jakarta 2020 sudah 14 hari lalu dampak banjir itu tentu masih membekas dalam diri para korban banjir. Saya sudah beberapa hari ini mengikuti advokasi bersama tim advokasi Banjir Jakarta yang terjadi pada 1 Januari 2020 lalu. Akhirnya saya memilih ikut menjadi salah seorang advokat publik dalam Tima Advokasi Banjir Jakarta 2020. Pilihan ikut menjadi advokat tim advokasi banjir Jakarta adalah sikap ingin bergabung bersama perjuangan warga korban banjir. Saya sebagai salah seorang anggota tim advokat ikut terlibat dan menganalisis persoalan buruknya dampak banjir Jakarta 2020 yang dialami warga Jakarta. Buruknya dampak banjir ini disebabkan tidak bekerjanya aparat pemprov Jakarta.

Para aparat pemprov tidak melakukan persiapan menghadapi banjir Jakarta 2020 itu. Situasi ini disebabkan oleh ketidakmampuan bekerja dan memimpinnya Anies Baswedan sebagai gubernur Jakarta. Gubernur Jakarta, Anies Baswedan tidak bisa bekerja dan tidak bisa memimpin aparatnya untuk membangun sistem penanggulanan dampak banjir untuk melindungi warga Jakarta. Akhirnya pemprov Jakarta tidak melakukan pekerjaan mempersiapkan warga Jakarta dan mengendalikan dampak buruk banjir Jakarta 2020. Sudah seharusnya pemprov Jakarta mempersiapkan warga dengan memberikan informasi dini (early warning system) dan bantuan darurat (emergency response) agar tidak mengalami kerugian dan jatuh korban jiwa  akibat banjir Jakarta. Adalah tanggung jawab pemprov Jakarta, gubernur Jakarta untuk melindungi  warganya dari dampak buruk dan kerugian  besar  dari banjir jakarta. Pemprov Jakarta, dalam hal ini gubernurnya Jakarta harus bekerja menyiapkan langkah-langkah untuk melindungi warga Jakarta, dengan memberikan informasi dan nenyiapkan sistem bantuan sebelum banjir terjadi.

Lalainy dan tidak bekerjanya gubernur Jakarta, Anies Baswedan sudah memperlihatkan hasil. Setidaknya 31.000 orang mengungsi, ribuan rumah terendam banjir dan sampai bandara Halim Perdanakusuma berhenti beroperasi akibat banjir Jakarta 2020.  Dampak sangat buruk ini akibat tidak adanya persiapan uang baik dalam menghadapi banjir Jakarta pada tanggal 2 Januari 2020. Fakta lapangan yang terang benderang, lalainya gubernur Jakarta dan tidak melakukan tanggung jawabnya dengan baik diabaikan dan dialihkan kesalahannya ke pihak lain. Anies Baswedan menyatakan bahwa banjir Jakarta akibat air dari hulu Bogor, tingginya curah hujan dan pemerintah pusat yang tidak juga membereskan kerja terhadap 13 sungai yang melintas di Jakarta. Sikap menolak dan menyalahkan pihak lain itu juga secara kompak diikuti dan disuarakan para pendukung Anies Baswedan.  Secara kompak pendukungnya menyatakan mendukung kerja Anies Baswedan dalam menghadapi banjir. Para pendukungnya juga kompak bersuara mendukung menyalahkan pemerintah pusat  yang tidak bekerja sehingga terjadi dampak buruk yang dialami warga Jakarta. Anies Baswedan menari-nari di banjir Jakarta, menyalahkan pihak lain dalam soal tidak adanya persiapan menghadapi banjir di kota Jakarta. Secara mata normal jelas terlihat banyak jatuh korban dan kerugian, tetapi pendukung  Anies Baswedan menyatakan kerja Anies sudah baik dan sudah baik dari gubernur Jakarta sebelumnya. Sikap para pendukungnya yang  mendukung  gubernur Jakarta  Anies tanpa batas ini membuat Anies Baswedan ini seperti mendukung dan membiarkan Anies Baswedan sama dengan raja menari-nari tanpa busana atau telanjang. Padahal mata para pendukung melihat betul gubernurnya tidak bekerja atau tidak menggunakan pakaian - telanjang total tetap tetap dipuji.
Puja puji pendukung Anies Baswedan itu saya lihat, saya dengar dan dengar sendiri dilontarkan kepada saya. Misalnya saja loyalis Anies Baswedan seperti beberapa anggota DPRD Jakarta, anggota TGUPP dan loyalis yang mendapat jabatan terus memuji-muji Anies Baswedan sudah berhasil dan mengapresiasi kerja Anies Baswedan dalam menanggulangi dampak buruk banjir yang dialami warga Jakarta. Dukungan dan apresiasi tanpa mata sehat dan akal sehat ini juga dilakukan para pendukung loyal Anies Baswedan. Mereka para pendukung Anies Baswedan juga menyalahkan pihak lainlah yang seharusnya bertanggung jawab atas kerugian yang dialami warga akibat kurang persiapan menghadapi banjir di Jakarta.

Sikap memuji gubernur Jakarta Anies Baswedan tanpa batas dan tidak benar ini sama saja mau mendorong Anies Baswedan masuk - jatuh ke jurang kehancuran lebih dahsyat berikutnya. Hanya orang tidak waras dan katarak mau memuji rajanya atau membela raja gubernurnya menari-nari talanjang tanpa busana. Hanya orang bodoh yang mau menyatakan matanya yang sehat menjadi mata tidak sehat, tidak bisa membedakan yang salah dan benar, tidak mau menyatakan sesuatu yang benar, tidak berani mengatakan mengingatkan  bahwa rajanya atau gubernurnya salah atau telanjang tanpa busana. Mata sehat dijadikan tidak sehat itu terjadi pada para pendukung Anies Baswedan tetap mendukung dan memuja-muji kesalahan Anies Baswedan, memuji tarian tanpa busana,  mendukung dan mendorong Anies masuk jatuh ke jurang kehancuran berikutnya. 
Jakarta 15 Januari 2020
Azas Tigor Nainggolan
Ketua Forum Warga Kota Jakarya (FAKTA)

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post