Latest News

Friday, 22 May 2020

Parawisata Di Era Baru


*Pariwisata di Era Baru At New Normal*

Krisis kesehatan masyarakat atau Pandemi Covid 19 yang sedang melanda masyarakat di seluruh dunia ini adalah krisis multidimensi yang pengaruhnya luar biasa, bukan saja membuat struktur sosial ekonomi mengalami guncangan _”bermagnitudo”_ mega namun sekaligus juga menantang warga dunia untuk keluar dari krisis dengan selamat.

Presiden Jokowi dalam pernyataan beberapa hari yang lalu meminta masyarkat Indonesia berdamai dengan virus corona selama belum ditemukan vaksin. Hal ini adalah selaras dengan pernyataan dari organisasi kesehatan dunia WHO, karena ada potensi dari virus ini tidak akan segera menghilang dan tetap ada di tengah masyarakat.

Berdamai dengan virus corona ini adalah hidup berdampingan dengan virus corona tapi bukan berarti meminta masyarakat menyerah namun sebaliknya justru bentuk dari penyesuaian itu sendiri. Hal ini menjadi titik awal dari kehidupan baru agar masyarakat menjalani kehidupan sambil menerapkan protokol pencegahan virus corona. Dalam hal ini juga meminta masyarakat untuk _realize_ dengan keadaan hidup ditengah wabah dalam konsep tatanan kehidupan baru atau _new normal_.

Dalam tata kehidupan baru atau at new normal, tentunya seluruh warga dunia ikut berfikir bagaimana memulihkan keadaan, yang mungkin akan di dilaksanakan secara bertahap sebagai tanggapan terhadap kondisi yang berkembang. Demikian halnya dengan sektor pariwisata yang saat ini juga juga tengah berfikir langkah-langkah efektif apa yang bisa memerangi wabah sekaligus mendapatkan kembali kinerja ekonomi pariwisatanya.

Industri pariwisata adalah _umbrella industry_ yang memayungi banyak sektor diantaranya adalah hotel, akomodasi, kegiatan layanan makanan dan minuman, tranportasi wisata, travel agen, kegiatan budaya, kegiatan olahraga dan hiburan. Industri pariwisata juga sangat terhubung erat dengan sektor pendidikan, keuangan, pertanian, medis, konstruksi, real estat, ritel, dan lain sebagainya.

Untuk itu upaya pemulihan harus dilakukan secara bertahap, paralel dengan pemulihan sektor-sektor lain, dengan demikian langkah-langkah yang diusulkan harus terintregasi dengan semua sektor. Semua itu dilakukan untuk  memastikan keselamatan bagi para wisatawan maupun tenaga pariwisata dan hal ini haruslah menjadi perhatian utama para pemangku kepentingan industri pariwisata.

Beberapa faktor yang penting untuk sekarang ini dipikirkan adalah masalah _time, cost and people_. Terkait dengan waktu haruslah benar-benar di perhitungkan kapan destinasi wisata akan di buka, sedangkan untuk masalah biaya adalah mengantisipasi kalkulasi biaya di perlukan dengan adanya protokol kesehatan dan variabelnya yang bergerak dinamis sesuai dengan tuntutan di era new normal.

Sementara untuk faktor manusia adalah perlunya menyiapkan SDM yang memahami standar protokol kesehatan. SDM di industri pariwisata harus mampu mengikuti perubahan-perubahan perilaku wisatawan yang berkaitan dengan new era yang terutama fokus perhatian terhadap kebersihan, kesehatan dan keamanan.

Sebenarnyalah dengan kejadian pandemi virus corona ini juga memunculkan kreativitas masyarakat dengan menggali kearifan lokal. Seperti penyediaan tempat cuci tangan di depan rumah atau tempat-tempat umum (area publik) berupa gentong _padasan_ yang hakekatnya kebiasaan tersebut telah dilakukan oleh masyarkat Indonesia dari jaman dahulu kala.

Sudah sejak lama masyarakat nusantara mengaplikasikan daun sirih sebagai densifektan yang efektif. Bahkan Ilmuwan dari Universitas Gajah Mada telah mengembangkan produk hand sanitizer berbahan daun sirih yang dikembangkan dengan tenologi nano dan bebas alkohol.

Salah satu wujud kearifan lokal dari masyarakat Nusantara adalah menjaga kesehatan tubuh dengan mengolah dan mengkonsumsi daun-daunan, biji-bijian, umbi-umbian, rimpang, bunga dan buah-buahan bahkan dari kulit pohon yang semuanya di ambil dari alam Nusantara, sebagai contoh adalah produk jamu wedang uwuh yang terbukti bisa meningkatkan kekebalan tubuh.

Dari ketiga contoh kearifan lokal diatas apabila di terapkan di tempat-tempat wisata, hotel maupun tempat-tempat publik secara masal maka akan terjadi dampak berganda pada ekonomi masyarakat yang luarbiasa, sebagai contoh UKM Kasongan, Bantul sebagai sentra industri gerabah akan bangkit, begitu juga dengan UKM-UKM di Imogiri Yogyakarta sebagai pelestari wedang uwuh tentunya akan bergairah kembali, demikian juga dengan produk hand sanitizer dari daun sirih.

Seperti yang di ungkapkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Wishnutama Kusubandio, bahwa diperkirakan akan terjadi lonjakan kinerja di sektor pariwisata setelah pandemi ini berakhir.  Sebaiknyalah keoptimisan menteri pariwisata tersebut menjadi keoptimisan kolektif bagi seluruh insan pariwisata.

Karena bangsa Indonesia bukanlah bangsa pecundang, yakinlah kita BISA melalui badai ini, sebagaimana semangat gerakan pariwisata masyarakat Bali saat ini, yakni dengan semboyan *BALI BISA (Bersih, Indah, Sehat dan Aman)*

Wahyu I Widodo
Kasongan 19/05/2020
*JOGJA HEBAT (HigiEnis, Bagus, Aman & Tenteram)*

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post