Wednesday, 9 October 2019
Cepat Sembuh Ninoy
Sejak peristiwa penculikan dan pengeroyokan itu Ninoy hidupnya berubah.
Dua hari lalu Ninoy memeriksakan kepalanya dengan MRI. Leher dan punggungnya sepertinya ada masalah.
Hari ini Ninoy mengeluh pada saya. Bukan sekedar fisiknya yang sakit, juga psikisnya mengalami gangguan.
Kemarin Ia demam. Kepalanya sakit sekali. Pelupuk matanya yang dihantam beberapa kali pake tinju belum pulih. Pandangannya juga kabur.
Ia sekarang seperti dibayangi ketakutan. Paranoid. Trauma. Ia takut ketemu orang. Mudah curiga. Itu membuatnya lelah dan depresi.
Ninoy tidak berani ke tempat ramai. Kemana2 pakai masker, kacamata dan topi. Nyawanya terancam. Para pengeroyoknya banyak sekali. Sekarang sudah 11 orang pelaku ditangkap dan ditahan polisi. Melibatkan pentolan ormas tertentu.
Kini Ninoy tinggal tidak lagi di rumahnya. Ia tinggal berpindah2 tempat. Dari satu tempat ke tempat lain. Pun juga anak istrinya. Tidak lagi tinggal di rumahnya. Rumah tempat tinggalnya sudah diketahui dan selalu dimonitor orang tak dikenal.
Ninoy sangat tertekan sekali. Pukulan bertubi2 dan ancaman dibunuh itu menjadi mimpi buruk setiap malam. Ia sering mengigau ketakutan. Wajar 12 jam disekap dipukuli dengan ancaman mau dikampak itu mengerikan.
Man teman seperjuangan...
Mari kita berikan dukungan moril dan doa buat Ninoy. Kita kuatkan mental morilnya. Jangan kita biarkan Ninoy sendirian.
Bro Ninoy..tetap kuat dan tegar ya...
You will never walk alone brother...
Terimakasih kepada Pak Polisi yang dengan cepat dan profesional mengungkap kejahatan keji ini.
#kamibersamaninoy
Salam perjuangan penuh cinta
Birgaldo Sinaga
----------------------------------------------------------------------
Sin Nio, prajurit TNI yang “dibuang” karena Tionghoa.
Oleh : Azmi Abubakar
Perempuan Tionghoa ini adalah Pejuang Kemerdekaan INDONESIA asal Wonosobo Jawa Tengah.
Beliau ikut bertempur melawan Belanda dan bergabung dalam Kompi 1 Batalion 4 Resimen 18 di bawah Komando Sukarno (terakhir berpangkat Brigjend dan pernah menjadi Dubes RI untuk Aljazair).
Istimewanya...
Sin Nio adalah Satu-satunya prajurit perempuan dalam Kompi tersebut.
Semasa berjuang Sin Nio pada awalnya hanya bermodalkan senjata sederhana berupa :
- Golok
- Bambu runcing
- Dan Tombak.
Sampai akhirnya suatu ketika Gadis pejuang tersebut berhasil merampas senapan jenis LE dari pihak Belanda.
Dari bagian tempur kemudian Sin Nio dipindahkan kebagian Perawat atau Palang Merah karena ada kekosongan Juru Rawat. Banyak sekali pejuang yang terluka dan butuh perawatan medis.
Sin Nio berhasil melaksanakan semua tugas yang dipercayakan kepadanya dengan baik.
Setelah kemerdekaan dan kondisi negara mulai aman, Srikandi ini memutuskan menikah dan akhirnya memiliki 6 Anak dari 2 Orang Suami yang keduanya berakhir dengan perceraian.
Sebagai janda dengan 6 Anak tentu hidup Sin Nio sangatlah berat. Hal ini membulatkan tekad keberangkatan dirinya dari Wonosobo ke Jakarta.
Keputusan ini juga diakibatkan oleh karena pejuang ini tak mendapatkan pensiun, yang semestinya adalah HAK-nya sebagai Pejuang Kemerdekaan.
Keberangkatannya ke Jakarta untuk mengurus HAK Pensiunnya. Saya menduga ini karena Sin Nio berasal dari etnis Tionghoa, sehingga Pensiunnya dipersulit.
1973 Pejuang ini sampai di Jakarta dan menumpang tinggal selama 9 Bulan di Markas Besar Legiun Veteran Republik INDONESIA di Jalan Gajah Mada.
Kemudian setelah itu beliau terpaksa hidup menggelandang di Ibukota.1 pilihan menyedihkan bagi seorang Pejuang Bangsa..Bayangkan...
Perempuan Pejuang berusia sekitar 60 Tahun harus hidup menggelandang di kerasnya Ibukota. Kehujanan. Kepanasan. Tanpa tempat tinggal yang jelas.
Perjuangan panjang akhirnya pada tanggal 29 Juli 1976 Sin Nio berhasil mendapatkan pengakuan sebagai Pejuang yang turut aktif mempertahankan Kemerdekaan Republik INDONESIA. Surat Keputusan pengakuan The Sin Nio dikeluarkan oleh Mahkamah Militer Yogyakarta.
SK ini ditandatangani oleh Kapten CKH Soetikno SH dan Lettu CKH Drs.Soehardjo, juga sebagai Saksi Mata di tandatangani oleh Mayor TNI AD Kadri Sriyono Kastaf Kodim 0734 Diponegoro dan Dr. R. Brotoseno dokter Militer pada Resimen 18 Divisi III Diponegoro.
Tragisnya... SK tersebut tidak di iringi dengan HAK Pensiunnya.
Sehingga Sin Nio tetap hidup sebagai Gelandangan. Beliau hidup menggelandang di seputaran Pintu Air tak jauh dari Masjid Istiqlal Jakarta.
Uang Pensiun sebesar Rp 28.000 per bulan akhirnya dapat diperoleh beberapa tahun kemudian. Tapi uang sebesar itu tak mampu mencukupi kebutuhan lainnya sehingga Sin Nio hanya bisa tinggal di Gubuk Tanah pinggiran Rel Kereta Api milik PJKA.
The Sin Nio bersikeras tak mau pulang lagi ke Wonosobo.
Bahkan dia tak pernah lupa untuk tetap mengirimkan uang kepada anak cucunya di kampung halaman.
“Saya tak mau merepotkan anak cucu saya. Biarlah saya hidup sendiri di Jakarta meski dalam tempat seperti ini” .
Jiwa pejuang sejati.
Pernah ada janji dari Menteri Perumahan Cosmas Batubara bahwa Sin Nio akan diberikan Rumah di Perumnas. Tapi janji tinggallah janji.
Bangsa besar adalah Bangsa yang menghargai Pahlawannya. The Sin Nio telah mempertaruhkan nyawanya di ujung peluru demi tegaknya Kemerdekaan INDONESIA.
Tapi apa balasan yang didapatnya?
Tak diketahui bagaimana kisah akhir kehidupan Pejuang Bangsa ini. Apakah kemudian beliau menghilang begitu saja?
Atau... dia menghindar dari kita Bangsa INDONESIA dan berucap: “Saya tidak mau merepotkan bangsa saya.
Biarlah saya hidup dan mati dalam kesendirian. Karena hanya TUHAN yang mampu memeluk dan menghargai Gelandangan seperti saya”.
Sumber :
https://www.acehtrend.com/2019/01/07/sion-nio-prajurit-tni-yang-dibuang-karena-tionghoa/
//www.acehtrend.com
Cepat Sembuh Ninoy
Reviewed by Mpg
on
02:42
Rating: 5
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment