Latest News

Thursday, 18 April 2019

PERIHAL QUICK COUNT


PERIHAL QUICK COUNT

Kita menunggu hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan umum (KPU) atas Pemilu kita. Bila tidak ada quick count sampai pagi ini, kita masih gelap gulita bagaimana perkiraan hasil Pemilu kita. Pasti spekulasi liar bertebaran mengingat tanah air kita yang luas dan pemilih yang besar.

Berkat ilmu pengetahuan lewat quick count, spekulasi yang tak bertanggung jawab bisa kita kurangi. Sangat alamiah kalau manusia ingin tahu segera. Ketidak-pastian adalah sumber spekulasi dan kekisruhan. Quick count ikut meredam ini.

Yang lebih penting, quick count menjadi instrumen untuk jadi pembanding hasil KPU nanti. Bila keduanya beda ekstrim, misalnya hasilnya terbalik, pasti ada yang salah, quick count atau KPU. Kalau tak ada quick count, kita tak punya alat untuk mengecek kualitas kerja KPU yang dibiayai mahal oleh rakyat. Quick count memastikan apakah Pemilu kita Jurdil atau tidak.

Berkat quick count, kita sudah punya informasi yang bisa dipertanggung-jawabkan secara ilmiah bahwa Pilpres kali ini mencatat record tingkat partisipasi: sekitar 83 persen.

Melalui exitpoll sebelum quick count dimulai, kita tahu kesaksian warga bahwa hampir semua warga menilai bahwa Pemilu kita Jurdil. Ini legitimasi demokratik atas Pemilu kita.

Dalam Pilpres 2009 dan 2014, data sudah masuk semua pada sore di hari H pemilihan. Kali ini kurang cepat. Sampai pagi ini, data masuk belum 100 persen walapun hasilnya sudah stabil. Pengitungan di TPS sekarang lebih lama. DPR harus lihat lagi mudarat Pemilu serempak ini.

Saya dari awal tidak melihat secara ilmiah maupun praktis manfaat Pemilu serempak ini. Saya tahu yang mengajukan ini dulu bukan pakar perbandingan Pemilu dan demokrasi dunia. Hanya sok tahu aja.

Di atas kerumitan yang begitu besar, Pemilu paling rumit di dunia, secara umum bangsa kita bisa melewatinys dengan baik. Saya salut dengan diri kita sebagai bangsa. Indonesia hebat!

Berbeda dengan 2014, Pilpres 2019 ini ditandai oleh tak ada satupun lembaga quick count yang melaporkan hasilnya terbalik. Ada semacam ijtima lembaga quick count tentang hasil Pilpres ini: 01 menang atas 02 dengan selisih sangat signifikan.

SAIFUL MUJANI

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=531360354060344&id=173776079818775




Mas Edie Sukardi.

Ini saya tambahin soal knowledge Quick Count, copas dari group JOSMART Sentul City.

QC adalah terobosan aplikasi ilmu Statistika utk mendptkan hsl perhitungan scr cepat dr data populasi yg msh berproses, dgn metodologi sgt scientific. QC sgt akurat dgn disertai margin of error yg kecil, shg QC punya karakteristik predictive power yg handal. Di negara maju saat pemilih di ballot box yg pemilihan dilakukan scr online voting (langsung pencoblosannya ter-record ke big server di lembaga pemilunya), tdk perlu QC krn bs diperoleh hsl Real Count-RC nya.
Kunci dr semua survey dan QC adalah random sampling yg reliable dan pelaksanaan data collection yg zero error/obyektif.
Maka drpd itu lembaga survey yg melakukan QC hrs independent dan kredible, sehingga hasilnya valid dan reliabel. Apakah angka statistik dr hasil QC ada peluang error? Krn sifatnya sampling maka tentu ada error, namun secara statistika sdh diperhitungkan margin of error. Semakin akurat angka statistik nya jk margin of error hrs sgt kecil, shg hasil perhitungan populasi atau hsl Real Count tdk jauh berbeda dlm rentang error dr QC. Memang secara hukum telah disepakati bhw hasil QC dr lembaga survey tdk diakui, yang diakui yakni hasil RC dr KPU.
Namun kita hrs hargai hasil scientific QC yg sgt kuat predictive power nya sbg indikator angka kebenaran. Kemudian hrs diingat agar QC sejalan dgn RC, mk formulir C1 yg dari TPS jgn sampai dirusak, diubah, diganti dan dimanipulasi oleh pihak2 yg tdk bertanggung jawab apalagi saat data diinput ke komputer KPU. Ingat gigo (garbage in - garbage out). Oleh krn itu para saksi mulai dr tingkatan di TPS, KPPS, PPK dan KPU hrs waspada, jujur dan militan dlm menjaga hasil perhitungan tsb.
(ticke - statistikawan)


Referensi tentang Quick Count menambah sedikit pengetahuan bukan hoax

Quick Count , Bisa Dipercayakah?

Quick Count itu bukan survei atau polling. Itulah sebabnya, membandingkan akurasi Quick Count dengan survei, jelas bukan perbandingan apple to apple. Ketika survei dilakukan sebelum pemilu berlangsung, jawaban bisa meleset besar. Mencari responden secara random yang representatif terhadap populasi, membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, masih akan ada problem antara jawaban saat ditanya sebagai responden dibandingkan dengan pilihan sebenarnya pada saat pemilu.

Sebagian responden kemudian bisa saja beralih pilihan karena memang ada perbedaan waktu antara survei dan hari pemilihan. Sebagian responden bisa saja memberikan jawaban yang kurang jujur saat disurvei. Ini adalah beberapa hal yang menyebabkan hasil survei tidak seakurat yang diinginkan oleh para penyelenggara survei bila dibandingkan dengan hasil pemilu.

Lain hal nya dengan Quick Count. Ini adalah cara menghitung cepat dengan mengumpulkan data-data dari TPS. Jadi, ini bukanlah suatu survei untuk mendapatkan opini dari responden. Dengan 2000 TPS yg masing masing sekitar 200 pemilih (40.000 pemilih ) yang diambil dari total 810.329 TPS di seluruh Indonesia, pada tingkat kepercayaan sebesar 95%, margin of errornya tidak jauh dari 1%.
Artinya, kalau Quick Count ini diulangi sebanyak 100 kali, maka kemungkinannya adalah 95 kali akan memiliki kesalahan sebesar maksimal 1%. Sisanya 5%, mungkin sedikit lebih dari 1%. Peluang bahwa perhitungan akan meleset sebesar 3% saja, boleh dikatakan sangat kecil sekali.

Rumus menghitung margin of error, tidak dipengaruhi oleh jumlah populasi selama jumlah populasi minimal 20 kali dari jumlah sampel yang diambil. Kalau jumlah sampel yang diambil ditingkatkan menjadi 10.000 TPS atau sekitar 2 juta pemilih, maka tingkat error hanya akan berkurang sekitar 0.5%. Jadi, sampel di atas 2000 TPS dalam Quick Count , maka penurunan margin of error sudah sangat kecil atau tidak sebanding lurus dengan penambahan sampel.

Satu satunya cara yang membuat Quick Count bisa dipercaya adalah dengan cara memilih TPS secara random. Misal, dipilih TPS no 1, 101, 201, 301...dst. Dan tidak peduli dimana area TPS berada. Sebaliknya, cara paling mudah membuat
Quick Count yg abal abal adalah dengan mengambil sampel TPS secara bias, seperti sengaja memilih TPS dimana pendukung paslon tertentu lebih banyak. Kita bersyukur, tidak ada media besar yg tampil beda di pilpres kali ini.

Sore jam 18.00 di hari Pilpres ini, kita sudah melihat bahwa dari lembaga lembaga survei independent yg punya reputasi yg baik, paslon 01 sdh unggul rata rata sebesar 9 % - 12 %.. Dengan margin of error yg 1 % , maka sdh dapat diprediksi,
Nyaris 100 % (99.9 %) hasil perhitungan KPU akan menangkan Paslon 01.

Quick Count adalah cara ilmiah. Ini Salah satu penemuan besar dalam bidang riset sosial. Kita bisa memprediksi hasil populasi jauh sebelum selesai dihitung.

Sambil menunggu perhitungan resmi KPU, ini saatnya semua pihak berdamai. Beda pilihan dalam konteks demokrasi akan membawa persatuan yang baru, yg lebih indah.
Tuhan sayang Indonesia.🇮🇩🙏

Indonesia boleh berbangga, berhasil menyelenggarakan pemilu yang
paling complicated di dunia dan Dunia memberi Pujian 👍👏.

Handi Irawan D
CEO Frontier Group































No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post