Latest News

Sunday, 3 November 2019

Problem Jakarta Itu Salah Pilih Gubernur! Bukan Salah Sistem, Salah Ketik Atau Salah Hitung!


Tahukah kamu, dulu, dengan sistem e-Budgeting, Ahok berhasil menyelamatkan Rp 8,8 triliun anggaran yang diajukan DPRD untuk sosialisasi SK Gubernur DKI. Kasus ini akhirnya menghasilkan sebuah kalimat legendaris “pemahaman nenek lu”. Sistem e-Budgeting Ahok ini akhirnya mendapat penghargaan dari Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) dan dicontoh oleh kota-kota lain.

Sekarang di era Anies, berita-berita di media beberapa hari terakhir ini justru didominasi oleh hebohnya kabar anggaran Rp 5 miliar untuk membayar lima influencer, pengadaan lem aibon senilai Rp 83,8 miliar, pengadaan bolpen senilai Rp 123,8 miliar, hingga kenaikan anggaran Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) yang sempat melonjak hingga Rp 26 miliar. Jumlah fantastis yang sangat janggal.

Dengan sistem yang sama, Ahok bisa dengan baik menjaga uang rakyat. Lalu kenapa Anies tak bisa? Anies malah tega menyalahkan Ahok untuk menutupi kebusukannya.

Akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan. Carut marut problem yang sedang dihadapi Jakarta saat ini bukan akibat salah ketik, salah input, salah tulis, salah lihat, salah hitung, salah Si A, Si B, salah ini itu dan lain sebagainya. Problem Jakarta saat ini cuma ada satu yaitu SALAH PILIH GUBERNUR. Karena akhirnya terbukti dengan sendirinya. Menyalahkan orang lain tak bisa serta merta membenarkan anda. Hal ini justru semakin mengindikasikan bahwa andalah yang tidak bertanggung jawab. Itulah Anies Baswedan. Dan jika ada di antara kalian yang masih membela Anies yang sudah nyata-nyata gabener ini dengan alasan seiman, itu artinya memang ada yang salah dengan caramu beragama. Itulah JKT58.

https://seword.com/politik/problem-jakarta-itu-salah-pilih-gubernur-bukan-3nXELiDp6D

---------------------------------------------
Terbongkar lg anggaran mencengangkan  PEMPROV DKI 2020 - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

1. Sewa Dekorasi Stand - 29 Milyar
2. Sewa Dekorasi & Tempat Pameran - 15 Milyar
3. Bangun Kantor - 23 Milyar
4. Pagelaran Kesenian dan Festival - 22 Milyar
5. Baliho - 10 Milyar
6. Acara di TV - 7,6 Milyar
7. Software Big Data & NLP + Gmaps API Premier - 9,5 Milyar
8. Roadshow ke TIMTENG - 5 Milyar + Buku 5 Milyar total 10 Milyar
9. Event Promo Komunitas & Pameran Wisata - 11 Milyar
10. Festival2 lagi - 8 Milyar
11.  Festival lagi - 9 Milyar

Hajar trus boss.. Kuras duit Jakarta.. Jgn ada sisa, usahakan defisit 😒😒https://news.detik.com/berita/d-4768548/kadis-pariwisata-dan-kebudayaan-dki-mundur-mendadak-mengapa

---------------------------------------

KRIKIL DALAM SEPATU NEGARA BERNAMA ANIES...
Oleh: Saiful Huda Ems.

Anies ini bagi saya merupakan sosok politisi yang sangat pragmatis dan oportunis.
Ia mudah berubah-ubah seperti bunglon dan lidah ucapannya suka mlenceng kesana kemari bagai kadal.
Saya pernah berdebat soal ini dengan teman facebook saya yang kritis, yakni Usi Karundeng sebelum PILKADA DKI Jakarta beberapa tahun lalu. Saya katakan pada Usi beberapa tahun lalu hingga sempat viral di medsos, bahwa Anies itu politisi oportunis. Ketika SBY menjabat sebagai Presiden, Anies kerap menyerang SBY dan Partai Demokratnya, namun ketika Partai Demokrat berencana melakukan Konvensi Capres, Anies ikut mendaftar sebagai salah satu kandidat Capres dari Partai Demokrat.
Lalu setelah Konvensi Capres itu bubar di tengah jalan karena ternyata media dan masyarakat lebih tertarik pada pertarungan figur Jokowi dan Prabowo, Anies tiba-tiba melompat jadi pendukung Jokowi menjelang Pilpres 2014.
Dan ketika Jokowi menang dan Anies jadi menteri, Anies tidak berprestasi lalu dibuang dari posisinya sebagai menteri, lalu bergabunglah Anies dengan Prabowo di Pilpres 2019.

Meski demikian bagi saya itu barulah satu hal dari watak politiknya Anies yang menyimpang, masih ada lagi watak Anies yang menyimpang dan sangat berbahaya, yakni inkonsistensi dan model pemikiran Anies yang sangat rasis.
Bukankah kita semua telah tau, siapa inisiator utama benturan antar ras dan antar pemeluk agama di Indonesia kalau bukan Anies yang dimulai dari kampanye-kampanye provokatifnya di PILKADA DKI beberapa tahun lalu? Bagi yang mengikuti kiprah politik dan pemikiran Anies hanya sejak menjelang PILKADA mungkin hal itu tidak terlalu heran, tetapi saya yang sudah lama mengamati kiprah politik dan pemikiran Anies jauh sebelum PILPRES 2014 dan 2019 sungguh sangat terheran-heran.

Dahulu Anies itu selalu tampil moderat, kata-katanya sejuk mirip salju di pegunungan Alpen Swiss, hingga kalau orang yang hanya melihatnya sekejap Anies sepintas mirip cendekiawan ulung Indonesia alm. Cak Nurcholish Madjid, dimana Anies pernah jadi rektor di Universitas Paramadina yang didirikan alm. Cak Nurcholish Madjid. Tapi entah mengapa sejak dari dulu saya sudah punya firasat, bahwa tabiat Anies itu hanya topeng belaka. Sejarah kemudian membuktikan Anies ternyata rasis dan pernah dengan bangga menyatakan bahwa dialah yang berhasil "menghabisi" pengaruh pemikiran Cak Nur di Paramadina, yang sangat masyhur dengan ide-ide pemikiran plurasisasi agamanya dan segudang ide-ide pemikiran Islam Moderatnya.
Gila !
Firasat saya jadi terbukti, Anies selama ini bertopeng !

Apa yang saya kemukakan di atas itu baru soal bahaya pragmatisme dan oportunismenya Anies, belum lagi menyangkut soal kasus-kasus hukum yang menjeratnya seperti:
kasus yang pernah dilaporkan ke KPK soal gratifikasi yang diterimah Anies dalam penerbitan IMB pulau reklamasi, kasus penyimpangan Pameran Buku Frankfurt (Frankfurt Book Fair) 2015 yang diduga menyelewengkan dana sebesar Rp. 23 miliar, kasus over budgeting guru sebesar Rp. 23 Triliun, kasus Swastanisasi Air Minum Prov. DKI Jakarta dengan kerugian negara sekitar Rp. 1,2 Triliun dll.nya.
Bahkan untuk kasus tersebut sampai KPK telah menyuratinya sebagaimana yang pernah dinyatakan oleh jubir KPK Febri Diansyah.
Kalau kasus-kasus Anies ini benar-benar didalami dan ditindaklanjuti secara serius oleh KPK, saya pastikan Anies akan kena !
Tunggu saja aksi KPK dalam kepemimpinan Firli Bahuri di masa depan...?

Inkonsistensi pemikiran, pragmatisme dan oportunisme politik Anies yang diperberat dengan persoalan kasus-kasus korupsi yang telah membelitnya, tidak bisa lagi dibantah bahwa Anies bukanlah figur politisi yg tdk bermasalah.
Ini bermasalah, sangat bermasalah, dan menjadi super bermasalah ketika Anies diduga banyak memprovokasi orang dan menggunakan dana-dana APBD DKI untuk menyuburkan dan mengembang biakkan ORMAS-ORMAS yang melawan ideologi negara, siapa yang bisa bantah?
Maka jangan heran jika kemudian saya katakan, bahwa Anies tak ubahnya Krikil Dalam Sepatu Negara !
Ia kecil namun sangat mengganggu perjalanan bangsa ini dalam merajut kebhinekaannya !
Ia kecil namun sangat mengganggu perjalanan bangsa ini dalam usaha mewujudkan Indonesia yang adil, sejahtera, makmur, damai sentosa !
Ini negeri Garuda bukan negeri Kadal Gurun, kami tak suka Indonesia terus dibuat gaduh dan dipecah belah !
(SHE).

26 September 2019.

Saiful Huda Ems (SHE).
Advokat dan Penulis.


No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post