Latest News

Saturday, 20 July 2019

GUBERNUR RASIS BERNAMA ANIES


GUBERNUR RASIS BERNAMA ANIES

Oleh: Saiful Huda Ems.

Saat Anies menuai banyak kritik Netizen soal tidak efektifnya pembangunan Bambu Getah Getih, serta mark up dana pembiayaanya yang sangat menyolok, Anies tiba-tiba memberikan pernyataan mengejutkan:"jika pembangunan BAMBU GETAH GETIH itu dibuat dari besi, maka besinya akan dibeli dari Tiongkok, sedangkan kalau dari Bambu, Bambunya akan dibeli dari dan menguntungkan orang-orang kampung". Sepintas pernyataan Anies itu merupakan hal yang cukup logis dan terkesan pemihakannya pada rakyat kecil yang hidup di kampung, namun jika hal itu kita renungkan lebih dalam, ada suatu pesan rasisme politik dalam pernyataan Anies.

Indonesia memiliki segudang pabrik besi dan baja, meski saya pernah mendengar ada sebagian besar pengusaha Indonesia mengimport besi dari luar negeri, setelah  pabrik di negara tsb. mendaur ulang besi bekas dari Indonesia. Namun itu tidak berarti Indonesia tidak mampu memproduksi besi dari olahan pabriknya sendiri. Bahan baku besi di Indonesia sangat banyak tersedia, karena itu terdengar janggal sekali ketika Anies menyatakan kalau Bambu Getah Getih terbuat dari besi, besinya akan import dari Tiongkok. Sungguh ini manuver politik rasisnya Anies yang ia kemas dengan narasi politik yang terdengar sederhana dan lebih terkesan merakyat. Seolah-olah segala persoalan yang menjurus pada dirinya langsung ia tubrukkan dengan Cina, komunis, kafir dlsb.

Kebusukan politik Anies yang dibungkus dengan kesantunan kemasan bahasa seperti itu akan terus menerus ia pertahankan. Dan dengan terus menerusnya Anies mempertahankan narasi-narasi SARA atau rasisnya yang seperti itu, ia berusaha menutupi tumpulnya gagasan perubahan yang logis dan realistis, yang dapat menjawab tantangan berbagai persoalan di DKI Jakarta. Selanjutnya Anies akan terus mengembangkannya menjadi gerakan politik rasis yang berskala nasional, yang ia harapkan hal itu akan menjadi "tabungan" politiknya untuk mencapai tampuk kekuasaan, yakni menjadi RI I di tahun 2024.

Pada masyarakat yang masih belum merata tingkat kematangan beragama dan berpolitiknya seperti masyarakat Indonesia ini, --karena baru di zaman Pemerintahan Gus Dur, Megawati dan Jokowi kran-kran keterbukaan agama itu dibuka--, strategi politik Anies yang tidak beradab seperti itu nampaknya memang cukup lumayan efektif bagi politisi-politisi pecundang seperti dirinya, terbukti ketika ia memenangkan PILKADA DKI Jakarta beberapa tahun lalu dengan strategi politiknya yang sama: membenturkan masyarakat Islam dengan Cina, Komunisme, kafir dlsb.

Cina atau Tiongkok memang merupakan nama suatu negara diluar Indonesia, membenturkan masyarakat Islam Indonesia dengan Cina bisa jadi bukanlah suatu masalah, ketika jika memang ada hal yang harus dikritisi oleh Indonesia terhadap negara Cina. Akan tetapi jika kata Cina atau Tiongkok sudah keluar dari mulut seorang Anies, tentulah semua orang akan berpikir berkali-kali lipat untuk menafsirkannya, dan rata-rata akan berkesimpulan bahwa Cina yang dilontarkan Anies bermaksud menyikut warga keturunan Cina di Indonesia. Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena Anies adalah jawaranya persilatan lidah politisi kadal di Indonesia. Ia kerap bermain-main dengan kata-kata, dan hampir seluruh kata-katanya beraromakan rasialisme atau SARA. Kita SST (Sama-sama Tau) bukan?...(SHE).

20 Juli 2019.

Saiful Huda Ems (SHE). Advokat dan penulis


ANIES HARUS DIKIKIS.

Menyimak pidato Jokowi tentang keefisienan pengelolaan negara harusnya sebuah hal biasa, hal itu menjadi luar biasa karena saat ini menemukan yg bisa melakukannya sebuah hal yg langka.

Tahun ini kita melihat masih banyaknya OTT yg dilakukan KPK, anggota DPRD Malang, Medan, yg nyaris tak tersisa digiring ke penjara, Ketua DPRD Riau yg nyerocos enteng saat budget keluyurannya 43 m sampai menguras kas daerah dan depisit. Serta yg fenomenal adalah Gubernur yg mewakili kaum sorban DKI  berprilaku seperti gali. Dia telah menjadikan Ibu Kota bak neraka.

Anies bukan saja tak layak dan jauh dari kata bijak, Gubernur hasil dari hasutan agama dan menyingkirkan manusia emas Ahok ini, skrg Jakarta bak dapat tikus curut yg membuat carut cemarut, didepan mata, dia membuat onggokan bambu dibentuk orang sengggama dgn biaya 550 jt, dia merekrut tim 73 org utk membantunya tanpa hasil kerja, menghilangkan potensi pendapatan APBD dari reklamsi 150-170 triliun yg dirancang Ahok, ini bukan saja tidak effisien, tapi sudah melakukan perampokan dgn kedahsyatan yg keterlaluan. Bacot DPRD nya cuma kiasan, basa basi busuk, karena sudah disumpal budget ngelencer 108m, yg pd zaman Ahok hanya diberi 8m.

Dari inti pidato Pak Jokowi semalam, makin tegas kita harus menumpas musuh-musuh perusak bangsa yg berkeliaran di depan mata, sebuah kewajiban kita memberantasnya karena kalau kita diamkan dan manakala Tuhan menurunkan azabNya, kita juga akan terkena imbasnya, contoh kecil, ketidak becusan mengelola banjir saja, begitu air bah datang, air tidak mendatangi rumah gubernur yg zolim duluan, tapi air akan menggerus rumah warga yg dilewatinya. Ini akibat kita membiarkan manusia berhati binatang petentengan, jalan-jalan ngukur jalan tanpa menghasilkan kerjaan yg bisa dirasakan.

Kita, dan warga Jakarta khususnya, harus segera tanpa membuang waktu menyikat Anies utk tidak terus pringas pringis menghancurkan Jakarta sbg ikon Indonesia. Jangan lagi kita diperdaya dgn bahasa yg membawa-bawa agama seolah mewakili sebuah agama, padahal  isinya semua buaya. INGAT JAKARTA TELAH DIHANCURKAN DGN JUALAN AGAMA YG SALAH JALAN.

JAKARTA HARUS DIKEMBALIKAN KEARAH YG BENAR DGN CARA MENGENYAHKAN MANUSIA SILUMAN YG CENGENGESAN.

#INDONESIAHARUSBERKEADABANUNTUKMASADEPAN

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2585488548141863&id=100000422280327










No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post