Latest News

Monday, 5 November 2018

Saya optimis strategi propaganda firehose of falsehoods ini bisa dikalahkan.



Saya optimis strategi propaganda firehose of falsehoods ini bisa dikalahkan. Meskipun baru2 ini strategi yg sama mengantarkan Bolsonaro menang di Brazil. Padahal sebelumnya Bolsonaro tak lebih hanya lelucon di politik Brazil. Hal yg sama semoga tdk terjadi di Indonesia
Bolsonaro adalah Donald Trump nya Brazil. Ia baru saja memenangkan Pilpres di Brazil dgn menggunakan teknik Firehose of Falsehoods. Uniknya di Brazil, hoax disebarkan melalui whatsapp group. Rakyat Brazil ditakut2i mengenai invasi pekerja China bahkan sampai hoax tentang Ursal
Ursal ini adalah Hoax yg cukup menggelikan. Kubu konservatif di Brazil menghembuskan berita hoax jika kubu Progresif yg menang maka Brazil akan digabungkan dgn Venezuela, Chile dan Rusia menjadi negara Ursal. Tentu saja isu ini menjadi bahan tertawaan di masy Brazil yg terdidik
Namun, mereka lupa kalau di Brazil tingkat pendidikan masyarakatnya masih banyak yg cukup rendah. Brazil memiliki masalah ini sbg negara terakhir yg menghapus perbudakan scr resmi. Hoax ursal ini cukup utk membuat kelompok masyarakat yg tingkat pendidikan rendah ini ketakutan.
Seperti halnya di negara2 maju, kelompok Progresif di Brasil rata2 adalah kaum terdidik. Para peneliti hingga professor di Perguruan Tinggi adalah representasi kelompok Progresif. Namun masalahnya mereka jarang mau turun ke masyarakat. Shg di Brasil dikenal istilah left caviar
Teknik Firehose of Falsehoods ini berhasil di Brasil dgn cara menggunakan jaringan Gereja evangelical. Dimana Bolsonaro merupakan salah satu petingginya. Hal yg sama juga dilakukan oleh Trump di US. Hanya saja di Brasil hoax disebarkan melalui broadcast message melalui Whatsapp
Hal yg sama kita lihat di Indonesia saat ini. Fitnah dan hoax menyebar melalui whatsapp, terutama melalui whatsapp group. Namun, kita cukup beruntung kasus RS terbongkar. Bisa kita bayangkan apa yg terjadi jika tdk terbongkar. Akan seperti apa ketakutan dan kemarahan yg muncul?
Berdasarkan penemuan mutakhir di Bidang neuroscience, konservatif memiliki amygdala yg aktif sementara progresif memiliki insula yg lebih aktif. Amygdala adalah pusay rasa takut sementara insula adalah pusat empati. Firehose of falsehoods ini adalah utk mengaktivasi amydala
Penelitian Rose McDermott menunjukkan jk konservatif yg dikendalikan oleh rasa takut akan menyukai otoritas yg kuat sementara progresif yg memiliki rasa empati yg besar akan menyukai pendekatan kemanusiaan dlm sistem bermasyarakat. Ini seperti filosofi Jedi dan Sith dlm Statwars
George Lucas dlm menyusun cerita Statwars sepertinya menggunakan filosofi yg sama mengenai pertarungan politik konservatif vs progresif ini. Tentunya dgn penyederhanaan. Jedi diharuskan tdk boleh dikendalikan rasa takut atau amygdala yg lebih aktif. Sementara Sith sebaliknya
Rasa takut justru digunakan oleh Sith utk mengendalikan masyarakat. Karena dgn ketakutan masyarakat akan lebih mudah dikendalikan. Jedi dianggap terlalu lemah utk mengendalikan masyarakat dan membangun kedisplinan. Sehingga keteraturan (order) sulit utk ditegakan
Tentu saja ini ada banyak penyederhanaan. Karena pada dasarnya insula dan amygdala bukan hanya sesuatu yg nature (ada berdasarkan genetic) tetapi juga nurture (ditumbuhkembangkan). Selain itu populasi terbesar dimasyarakat adalah moderate, yg berada diantara konservatif&progresif
Firehose of Falsehoods ini adlh teknik yg dikembangkan utk me-nurture rasa takut, sehingga amygdala masyarakat moderate menjadi lebih aktif. Shg akan membuat masyarakat menjadi lbh konservatif. Ini jg menjelaskan kenapa setiap US terlibat perang, Republican yg konservatif menang
Konservatif yg dikendalikan oleh rasa takut akan menyukai pemimpin yg tegas&kuat, bahkan mereka lebih bisa menerima pemimpin yg otoriter. Karena melalui pemimpin otoriter akan tercipta masyarakat yg tertib. Kubu progresif sebaliknya, lebih menyukai pemimpin yg simpatik & merakyat
Kubu progresif yg memiliki insula lebih aktif akan menyukai ide2 kemanusiaan dan masyarakat yg demokratis. Selain itu kubu progresif menyenangi proses discourse dan diskusi. Karena melalui cara2 ini ide dapat berkembang
Dlm konteks Pilpres Indonesia, firehose of falsehoods ini hanya akan menguntungkan Prabowo-Sandi. Dgn dikuasai oleh ketakutan akan membuat masyarakat Indonesia menjadi konservatif. Kita bisa lihat dari narasi yg dikembangkan. Ini salah satu contohnya --> https://m.wartaekonomi.co.id/berita201054/zulkifli-hasan-sekarang-indonesia-gaduh-mau-aman-gabung-ke-prabowo-sandiaga.html

Ada banyak kemiripan pola kampanye Prabowo-Sandi dgn metode firehose of falsehoods ini. Seperti yg dijelaskan oleh Rand Corps, metode ini ada 4 karakter. 1. High volume, 2. Continuous, rapid and repetitive 3. No commitment to objective reality, 4. No commitment to consistency
Seperti yg pernah dijelaskan oleh mas @budimandjatmiko mengenai metode ini. Langkah pertamanya adalah dgn menarik perhatian publik. Meskipun terkadang cara2nya terlihat konyol. Jd jangan anggap remeh gimmick2 pakai Pete jd rambut, gaya bango, nelp pakai tempe dllnya.
Dengan cara2 ini perhatian publik bisa didapatkan. Prinsip pertama dari metode firehose of falsehoods ini terpenuhi. High volume, yg artinya jangkauannya menjadi semakin luas. Orang2 akan membahas & Media2 akan menunggu kekonyolan2 berikutnya sehingga perhatian akan semakin luas
Langkah berikutnya adalah menghilangkan kepercayaan terhadap data. Dgn menggunakan cerita2 terisolasi yg tdk dpt diverifikasi kebenarannya (isolated and unverified cases). Jadi jgn heran cerita ibu2 yg cekcok dgn suaminya krn uang 100ribu digunakan utk membantah data inflasi
Dan yg paling penting adalah, disaat bersamaan juga melontarkan tuduhan jika pihak lawannya jg melalukan kebohongan. Trump melakukan hal ini dgn memberikan panggilan lying ted thd Ted Cruz, saingan terberatnya di konvensi GOP. Kemudian memanggil Hillary dgn Crooked Hillary
Polanya adalah buat false claim > viral ~> dibantah dgn fact checking> mengakui kesalahan~>tuduh pihak lawan jg berbohong ~>repeat

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post