Latest News

Friday, 6 July 2018

Deny Siregar menulis ttg AHOK pada HUTnya



Deny Siregar menulis ttg AHOK pada HUTnya

Malam ini saya ingin mengingat kembali bahwa Indonesia pernah punya seorang pemberani..
Kita memanggilnya Ahok. Panggilan yang menandakan rasnya yang berasal dari Tionghoa. Dia adalah perwakilan dari banyak ras Tionghoa, yang tersingkir dalam gegap gempitanya politik di negeri ini.
Ahok adalah "Orang yang tepat, di tempat yang tepat, tetapi berada di waktu yang salah". Kemunculan Ahok dalam peta politik, mendobrak banyak tatanan salah yang selama ini sudah menjadi budaya. Birokrasi dia pampatkan. Korupsi dia singkirkan. Dan cara dia memperlakukan pemerintahan dengan gaya seorang Pengusaha, membuat banyak penghematan terjadi pada uang rakyat yang selama ini selalu dikebiri oleh oknum-oknum berdasi.
Menakjubkan melihat Ahok memporak-porandakan banyak perselingkuhan yang terjadi pada ibukota negara ini. Dia bongkar habis cara-cara lama saat penyusunan anggaran yang selama ini sering bocor entah kemana. Dia bangun sistem yang rapih dan terawasi sehingga sulit sekali untuk mencuri.

Banyak yang tiba2 miskin ketika Ahok berkuasa. Para Abdi Negara. Para Anggota Dewan. Para Rekanan Pemda. Semua mendadak kering kerontang dan tidak lagi berada di tempat basah. Ahok memutus jaringan mereka sampai ke akar-akarnya dalam waktu yang sangat singkat.
Ia juga menjadikan Balaikota bukan lagi kahyangan yang hanya dihuni dewa-dewa. Ia duduk mendengarkan orang susah bercerita tentang masalahnya. Ia menuntaskan masalah secepat seorang Samurai menghunus katana. Ia membangun banyak hal untuk orang miskin mulai rusun sampai pengobatan yang bisa mereka dapatkan. Ia adalah superhero bagi mereka yang sulit mendapat keadilan.
Kalijodo adalah salah satu karya besarnya. Lokalisasi lama yang dulu menjadi sarang serigala, buaya sampai anakonda, ia hancurkan. Tempat yang dulu menyeramkan dan menjadi sarang narkoba ia runtuhkan. Berubah menjadi taman publik yang menyenangkan. Semua itu dengan ia lakukan dengan tangan besi.
"Saya tidak perduli bapak ibu tidak memilih saya kembali", katanya. "Karena saya menjunjung tinggi keadilan sosial di Jakarta. Yang saya ingin bapak ibu mendapatkan haknya."
Sebuah pernyataan yang menandakan bahwa jabatan bukan segalanya. Tapi apa yang dilakukan saat menjabat, itulah yang utama.

Mungkin kesalahan terbesar Ahok adalah ia mengumpulkan banyak musuh dalam waktu yang sama. Mulai anjing, babi, sampai biawak memusuhinya. Kenyamanan yang selama ini mereka dapatkan, terusik dengan kehadirannya. Sehingga mereka rapat bersama di tengah hutan belantara bersama hyena, musang sampai ular sawah. Topik mereka, "Bagaimana menjatuhkan si durjana ?"
Tetapi Ahok adalah seekor singa. Ia tidak perduli. Ia mengaum menggetarkan banyak telinga yang diam-diam memendam benci padanya. Bukan. Bukan mereka yang benci saja yang ingin menyingkirkannya. Tetapi juga Pengusaha-Pengusaha besar oportunis yang sama rasnya. Mereka yang merasa terjepit dengan batas-batas yang dibangun Ahok, dan tidak lagi leluasa seenaknya.
"Pemahaman nenek lu !" Teriak Ahok. Ketika ia menerima rancangan anggaran yang jelas-jelas menipu dengan bahasa "kita sudah saling paham", ia menyalak sekeras-kerasnya. Ia tidak mampu menyembunyikan ketidak-sukaannya terhadap gaya munafik yang selama ini dipertontonkan di depan publik. Ia meradang jika ada maling yang berlagak teman seiring. Ia terlalu terbuka, terlalu mudah diserang dari banyak arah.
Lalu, didapatlah titik lemahnya. Yaitu lidahnya yang selalu menyala..
Dengan satu kata saja, "jangan mau dibohongi PAKE Al Maidah.." bergeraklah semua mahluk hutan yang selama ini resah karenanya.
"Penista agama !" Teriak mereka yang merasa sudah pasti mendapat hak di surga. Dan tanpa sadar mereka membela keyakinan mereka yang merasa dihina dengan yel yel, "Bunuh bunuh, bunuh si Ahok.. Bunuh si Ahok sekarang juga."
Gelombang tsunami datanglah, semakin lama semakin besar. Hilang semua karya dan pengabdian Ahok dalam sekejap mata. Setetes nila merusakkan susu sebelanga. Ayat dan mayat keluar tanpa malu dengan konsep membela agama. Entah mana sebenarnya sang penista karena semua mendadak menjadi penista sesungguhnya.
Dan mereka menang. Ahok kalah dan masuk penjara...

Meski begitu, ia tetap membawa kehormatannya. Ia hadir di persidangan tanpa rasa takut dan kepala tegak berwibawa. Hati yang remuk redam pun disembunyikannnya. Meski akhirnya jebol juga pertahanan dan keluarlah setitik airmatanya.
"Kalaupun saya mati demi memperjuangkan kebenaran dan menegakkan keadilan, kalian tidak akan pernah bisa membeli cara mati saya.. " begitu tekadnya. Dan hancurlah pertahanan terakhirnya..
Matinya keadilan di Indonesia diperingati dengan nyala lilin dimana-mana. Inilah perayaan kematian terbesar di Indonesia. Sebuah momen yang tidak akan pernah hilang dalam benak, bahwa "Pernah ada seorang pejuang di negeri ini dan ia kalah oleh tekanan ruang sidang yang merasa sudah menjadi wakil dari keadilan Tuhan.."
Ahok kalah. Fisiknya terpenjara. Tetapi spiritnya menyebar kemana-mana. Spirit yang muncul di dada anak anak muda, yang satu waktu akan membawa ideologi Ahok kemanapun ia berada dan berjuang tanpa rasa takut untuk kebaikan negaranya.
Ahok adalah bagian dari bab pelajaran Tuhan yang dikirim kepada manusia Indonesia, bahwa "tidak pernah akan berubah nasib suatu bangsa, tanpa bangsa itu sendiri yang mengubahnya.."
Dan sekarang adalah hari ulang tahun ke 52 nya.
Selamat ulang tahun, Ahok. Semoga sehat selalu dan terus berkarya untuk negeri tercinta. Suatu saat kita akan duduk dan ngopi bersama, sambil bercerita tentang nikmatnya perjuangan yang kita lalui dalam suka dan duka.
Salam hormat dari saya, seorang pengagum dari nilai-nilai yang engkau tularkan kepada sesama.

Denny Siregar

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post