Latest News

Wednesday, 1 July 2020

Devide et impera dibalik demo HIP


Oleh: erros djarot
Mengkritisi Rencana Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) setajam apa pun,B un pada hakekatnya tidak ada masalah. Menjadi masalah ketika polemik seputar RUU HIP dijadikan sebagai pintu masuk untuk menggelar gerakan politik, oleh kelompok politik tertentu, untuk kepentingan politik tertentu pula.

Sebagai langkah awal,  desain politik labelisasi PDIP sebagai tempat pengembangan faham komunisme, digulirkan. Disusul dengan tuntutan bahwa PDIP layak  dibubarkan karena dicitrakan sebagai partai yang berpotensi menghidupkan kembali faham komunisme. PDIP adalah ‘PKI gaya baru’ pun disebar menjadi isu premier gerakan politik mereka.

Secara kebetulan, saya ikut mempersiapkan  AD/ART saat PDI menjelma menjadi PDIP. Juga saat merumuskan garis-garis besar haluan perjuangan PDIP sebagai kendaraan politik perjuangan rakyat (wong cilik). Atas labelisasi PDIP pro komunisme dan bahkan neo PKI, membuat saya geleng-geleng kepala dan bertanya; di mana Komunisme-nya ?
Maka jelas, upaya memainkan politik devide et impera dengan tujuan memecah belah rakyat ini, mengharap tergiringnya massa rakyat ke arena konflik horisontal yang sangat berbahaya.

Padahal kisruh RUU HIP ini bisa jadi timbulnya, hanya karena adanya kesoktahuan beberapa individu fungsionaris partai yang merasa ahli Pancasila, tapi  melakukan blunder saat merumuskan pemahamannya terhadap Pancasila ke dalam bentuk Rencana Undang-Undang HIP.
Tidak ada kaitannya dengan upaya menghidupkan kembali PKI, mensekulerkan negara Indonesia, dan apalagi mengganti Pancasila dengan Ekasila, dsb.

Di sisi lain, bila ada oknum yang terindikasi atau diduga keras berafiliasi dengan faham terlarang; dan individu tersebut terlibat dalam proses penyusunan RUU HIP yang menghebohkan, silahkan persoalkan individu dimaksud. Jangan kalau ada tikus di lumbung, untuk menangkap sang tikus lumbungnya yang dibakar !
Kita semua tentunya tau bahwa PDIP sebagai partai, bukan dimiliki oleh oknum dan orang perorang, tapi jutaan massa rakyat.
[https://politikandalan.blogspot.com/2020/07/devide-et-impera-dibalik-demo-hip.html]

Dan sepengetahuan saya, mereka hampir semuanya anti komunisme 100% ! Secara institusi PDIP yang saya fahami dan saya kenal adalah kumpulan kaum nasionalis Bung Karno yang anti Komunisme ! Jadi, siapa pun yang berkepentingan meng-komuniskan PDIP, perlu dicurigai sebagai agen dari kekuatan luar yang sengaja menebar politik devide et impera.
Tujuannya ya melemahkan kekuatan rakyat bangsa Indonesia. Agar Indonesia dapat mereka kuasai. Bisa jadi bukan oleh mereka yang sekarang ribut, tapi  oleh pihak ketiga yang justru tak muncul di lapangan konflik.

Untuk memprovokasi lebih jauh lagi, pembakaran bendera PDIP yang disandingkan dengan bendera PKI, dilakukan secara demonstratif.
Ketersediaan bendera Palu Arit PKI yang masih tampak baru, fresh from the oven, membuat saya tersenyum.
Setiap akal waras pun akan menyimpulkan pasti lah ada pihak yang sengaja mempersiapkan dan merancang terjadinya peristiwa ini.

Ketika beberapa kawan bertanya kepada saya; siapa sebenarnya yang bermain api di belakang peristiwa ini ? Spontan saya jawab.., wah maaf, itu domain Badan Intelejen Negara (BIN) dan Kepolisian RI untuk menjawabnya..’
Karena apa yang terlihat secara kasat mata oleh mata publik, biasanya hanyalah bayangan atau shadow puppet dari sang dalang yang sesungguhnya memainkan semua ini.

Saya jadi teringat kembali suasana saat prakondisi terjadinya G30S PKI. Saat itu kelompok kiri (PKI) dan konco-konconya  tampil beringas, ganas, dan menakutkan. Pada akhirnya mereka tergiring dan terpancing melakukan gerakan politik ‘kudeta’.
Maka terciptalah sejarah G30S PKI. Mereka pun terjebak dan terperangkap. Tentara dibantu rakyat pun, menumpas golongan kiri (PKI) sampai ke akar-akarnya.
Selanjutnya, dengan sigap dan penuh kesiapan, tentara menguasai seluruh linie yang ada dalam bangunan politik di negeri ini. Berlanjut hingga tiga dekade lebih berkuasa.

Ketika pemerintah Amerika membuka kotak pandora yang berisi dokumen sejarah G30S PKI, karena sudah melewati batas waktu kerahasiaan, terkuaklah dokumen bagaimana CIA mengambil peran sangat aktif (dalang) dalam upaya penumbangan Bung Karno dari kekuasaannya.
Sementara Suharto oleh banyak pengamat ditempatkan hanya sebagai pelaksana proyek politik Amerika dalam konteks perang dingin saat itu (kepentingan geopolitik).

Hembusan Poros Jakarta-Peking pun ampuh meluluh-lantakkan kekuasaan Bung Karno dan barisan pendukungnya yang dilabelisasi sebagai barisan pro komunis. Kekuatan rakyat dipecah-belah.
Selanjutnya Amerika pun menjadi perancang tunggal bagaimana Indonesia seharusnya berdiri sebagai sebuah negara yang siap menjadi kompradornya kaum kapitalis. Kekayaan negara dan kekayaan yang terpendam dalam perut bumi di seluruh Nusantara, di bawah kontrol mereka sepenuhnya. Sebagian besar menjadi ‘bancakan’ kroni penguasa Orba dan para cukong yang sekarang dikenal dengan istilah konglomerat.

Dengan munculnya demo mirip-mirip desain masa lalu, saya jadi miris bila ternyata akan melahirkan pengulangan sejarah yang sangat buruk. Hanya bedanya dulu ekstrim kiri yang dihabisi, kali ini ekstrim kanan yang dijadikan alat untuk masuk dalam wilayah ‘jebakan Batman’. Walau tanda-tanda ke arah sana masih jauh dan samar, trauma masa lalu menggeret saya ke ruang imajinasi di mana gambaran kekalahan rakyat untuk ke sekian kalinya bakal terjadi.

Belajar dari sejarah, komponen masyarakat yang bisa dinyatakan sebagai bonggolnya kekuatan massa rakyat Indonesia adalah ketika massa kaum Banteng (Marhaen) Nasionalis, kaum Nahdliyin, dan massa rakyat pengikut Muhammadiyah, bersatu dan bergandeng tangan erat saling bahu-membahu sebagai satu kesatuan rakyat.
Ketika dua kekuatan Nasionalis-Islam ini dihancurkan, hancur pula lah kekuatan rakyat Indonesia. Itulah (politik devide et impera) yang digunakan kaum penjajah yang jeli, termasuk apa yang dilakukan semasa pra dan saat terjadinya G30S PKI.
 
Oleh karenanya, ketika saya mendampingi Mbak Mega, sebagai the leader of opositition terhadap rezim Orde Baru, beliau dan sejumlah sesepuh menugasi saya untuk merajut dan membangun  barisan perlawanan. Menjalankan tugas ini, sejarah kekuatan rakyat di masa pra hingga pasca Kemerdekaan berikut saat terjadinya peristiwa G30S PKI, saya jadikan referensi dasar dalam menyusun strategi perlawanan.

Maka muncul kesimpulan bahwa PDIP tidak bisa memenangkan apa-apa bila hanya berjalan sendiri. Saya tawarkan agar kita (PDIP) merapat dan merangkul Gus Dur sebagai pemimpin barisan rakyat Nahdliyin.
Maka pertemuan pertama antara mbak Mega dan Gus Dur pun terjadi untuk pertama kali di rumah mertua, Ilen Surianegara, di Jl. Teuku Umar no.6. Terjadinya pertemuan ini atas bantuan Syaifulah Yusuf, keponakan Gus Dur.

Dalam perjalanannya terbangun kebutuhan agar PDIP membangun sinergi dengan pemimpin Muhammadiyah yang saat itu melembaga dalam diri mas Amin Rais. Pertemuan pun terjadi di rumahku Jl, Deplu Raya no.9. Bintaro.
Saat itu mas Amin didampingi mas Abdilah Toha dan mas Mudrik, tokoh PPP Solo. Berlanjut dengan lahirnya gerakan Mega Bintang. Dengan pertemuan ini, maka gerakan perlawanan semakin terasa greget dan gigitannya terasakan secara lebih meluas.

Dengan bergabungnya tiga pilar kekuatan massa rakyat Indonesia ini, maka perlawanan terhadap rezim Orde Baru mulai mendapatkan bentuk dan kekuatan sejatinya rakyat Indonesia. Dan sejak itu lah, gempuran terhadap bangunan rezim Orde Baru datang dari berbagai penjuru. Karena massa rakyat dari golongan minoritas pun bergabung dalam satu kekuatan massa rakyat anti Orde Baru. Alhasil, Orde Baru pun melemah dan krisis ekonomi 98 mengantar kejatuhan rezim Orde Baru.

Namun sayangnya, ketika rezim Orde Baru berhasil ditumbangkan, ketiga pilar kekuatan rakyat; massa Marhaen - Nahdliyin - Muhammadiyah, kembali terpecah menjadi tiga bagian yang berjalan sendiri-sendiri.
Terjadinya terlalu cepat dan saat itu kita belum sempat membangun konsolidasi kekuatan nasional pasca Orde Baru. Kekompakan dan kobaran semangat kebersamaan pun perlahan lenyap tersapu gelombang ego sektoral dan nafsu kekuasaan yang menggiurkan tapi sekaligus menjadi ‘jebakan Batman’ yang memilukan dan menyakitkan. Sebagai akibat, kekalahan substansial sangat dirasakan oleh massa rakyat di tiga kelompok ini hingga sekarang.

Memaknai gencarnya manuver politik devide et impera belakangan ini, pertanyaan saya sangat sederhana : kapan kita akan bangkit dalam kesadaran untuk memilih jalan yang benar-benar dapat membawa bangsa ini hadir sebagai bangsa pemenang yang sejati dan sesungguhnya ?
Bukan sebuah kemenangan yang berada di garis maya, padahal realitanya tetap berada j sekarang.

Kemenangan yang diimpikan itu baru akan kita alami dan rasakan ketika terjadi kebangkitan kesadaran untuk mengenali betul; siapa musuh dan siapa kawan sesungguhnya, secara substansial. Sehingga tidak mudah diadu domba !
Massa di bawah panji dan bendera Islam (Nahdliyin-Muhammadiyah) dan massa Nasionalis BK, jangan pernah lagi diperhadapkan ! Tiga bersatu, rakyat pasti menang. Dan politik devide et impera pun, akan mati kehilangan ruang hidupnya !
Artikel ini terbit juga di  WATYUTINK.Com
Sebarluasksn bila setuju !
[https://politikandalan.blogspot.com/2020/07/devide-et-impera-dibalik-demo-hip.html]

Kawasan Industri Terpadu Batang sudah mulai membuka pintu


Kawasan Industri Terpadu Batang sudah mulai membuka pintu. Hingga saat ini sudah ada 7 perusahaan asing yang masuk ke kawasan industri itu. Presiden Jokowi berharap perusahaan itu bisa menyerap banyak tenaga kerja lokal.

Selain itu, sdh ada 17 PT menunjukkan komitmennya untuk masih ke Kawasan Industri Terpadu Batang. Prosesnya, kata Jokowi sudah hampir 100%.

"Ini juga terus saya sampaikan pada para menteri Kepala BPKM, untuk terus dilayani dan dikejar. Disampaikan fasilitas-fasilitas apa yang ingin kita berikan baik urusan lahan, urusan izin, urusan listrik, urusan gas dan yang lain-lain yang ini akan memberikan sebuah daya saing negara kita dalam rangka mereka mau relokasi ke Indonesia," tuturnya.

Mereka merelokasi ke Indonesia itu ditaksir total investasinya mencapai US$ 37 miliar. Mereka diperkirakan bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 112.000 orang.

Salah satu perusahaan telah menyatakan komitmennya yaitu LG Chemical dengan nilai investasi US$ 9,8 miliar, potensi penyerapan kerja 14.000 orang.

Daftar 7 perusahaan yang sudah dipastikan merelokasi perusahaannya ke Kawasan Industri Terpadu Batang :

- PT Meiloon Technology Indonesia
Relokasi pabrik dari Suzhou, China. Pabrik di Taiwan dan China merupakan pusat produksi untuk pasar global

-PT Sagami Indonesia
Relokasi pabrik dari Shenzen, China karena biaya pabrik dan tenaga kerja di indonesia lebih kompetitif dari China

-PT CDS Asia (Alpan)
Relokasi pabrik dari Xiamen, China karena tarif impor produknya dari Indonesia ke Amerika 0% dibanding tarif 25% dari China ke Amerika

_PT Kenda Rubber Indonesia
Relokasi pabrik dari Shenzen, China karena peningkatan permintaan pasar di Indonesia

-Denso, PT Denso Indonesia
Relokasi pabrik dari Jepang karena memandang Indonesia sebagai lokasi terbaik setelah melakukan riset ke berbagai negara di kawasan ASEAN

-PT Panasonic Manufacturing Indonesia
Relokasi dari China karena ingin menjadikan Indonesia sebagai pasar basis ekspor bagi beberapa kategori produk home appliances

-PT LG Electronics Indonesia
Relokasi dari Korea Selatan dan berencana menjadikan Indonesia sebagai regional hub baru yang menjangkau pasar Asia dan Australia
[detik.com]
[https://politikandalan.blogspot.com/2020/07/kawasan-industri-terpadu-batang-sudah.html]
https://www.infopresiden.com/2020/07/ini-7-perusahaan-asing-yang-mau-masuk.html?m=1
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

RIBUT INI PANGKALNYA APA ?


Soal Ahok? Bukan. Soal Jokowi? Bukan.

Oleh : Goenawan Muhammad.

Ini adalah soal orang-orang yang merasa bahwa Islam dan kaum muslim masih dipinggirkan.
Ini adalah soal orang-orang yang menganggap orang Kristen itu musuh.
Ini adalah soal orang-orang yang menganggap Indonesia sedang dan akan dikuasai Cina.

Soal Islam yang dipinggirkan, sebenarnya umat Islam itu kurang apa sih? Kementerian Agama itu hampir 100% kegiatannya melayani kebutuhan umat Islam. Lalu ada pengadilan agama, yang khusus melayani umat Islam. Ada badan amil zakat, juga untuk umat Islam.

Tahu nggak bahwa anggaran Kementerian Agama itu sebesar 62 T, nomor 3 terbesar, setelah Kementerian Pertahanan dan Kementerian PUPR? Untuk apa? Sebagian besarnya dinikmati umat Islam.

Jadi apa yang kurang? Yang kurang adalah rasa terima kasih kepada negara dan pemerintah.

Masih ada orang Islam yang belum puas kalau negara ini tidak ditata sesuai kehendak mereka. Mereka ingin pakai aturan Islam, semua dipegang orang Islam, yang non muslim jangan menonjol. Mereka tidak ingin hidup saja, tapi mereka ingin menguasai.

Lalu, ini juga soal orang-orang yang menganggap Kristen itu adalah musuh. Mereka meyakini bahwa Kristen tidak akan pernah diam, sampai mereka menguasai umat Islam. Ahok itu Kristen. Tapi Jokowi kan muslim? Jokowi difitnah Kristen. Jokowi juga difitnah komunis.

Apa salah orang Kristen? Mereka menzalimi umat Islam. Kapan? Itu waktu Perang Salib? Ha? Itu perang antara orang Arab dengan orang Eropa. Kenapa kita ikut?
Mereka, orang-orang Arab itu tidak pernah peduli dengan sejarah kita, kok.

Tapi, itu penjajah Belanda kan Kristen? Oh ya? Kalau penjajah Jepang itu apa? Tahu tidak, Turki itu juga menjajah Arab. Muslim menjajah muslim. Kau menyebutnya khilafah islamiyah. Prinsipnya imperium besar, seperti gagasan Asia Raya yang dibawa Jepang. Bedanya, Jepang tidak menjual Tuhan mereka pada kita, atau jualan Tuhannya tidak laku.

Karena merasa terjajah itulah negara-negara Arab kemudian memberontak terhadap Turki, lalu memerdekakan diri.

Penjajahan itu soal suatu bangsa ingin menguasai bangsa lain. Ia tidak membawa kepentingan agama. Ingat, orang-orang Kristen juga berjuang melawan penjajah, untuk memerdekakan diri.

Ahok itu Cina, kata mereka. Jokowi? Jokowi juga difitnah Cina.
Cina menguasai ekonomi, kata mereka. Eh, ada Bakrie, Chairul Tanjung, Kalla, dan masih banyak lagi. Mereka bukan Cina, tapi juga menguasai ekonomi. Jadi, siapa yang menguasai ekonomi? Yang bekerja keras.

Pada akhirnya, ini adalah soal orang-orang yang tidak bernalar dengan benar. Tidak paham agama, tidak paham sejarah, tidak berpikir. Bahkan juga tidak bekerja. Orang-orang yang kalah dalam persaingan kehidupan, lalu sibuk menyalahkan orang lain.

Saat orang-orang bekerja, mereka berdemo. Lha, kapan kau akan menguasai ekonomi kalau kau tidak bekerja...?

#Goenawan Mohamad#
🙏🇮🇩🌈👩‍👩‍👧‍👧🤝🇮🇩🙏
[https://politikandalan.blogspot.com/2020/07/ribut-ini-pangkalnya-apa.html]

Tags

Recent Post